REPUBLIKA.CO.ID, BATANG -- Jumlah siswa di Kabupaten Batang, Jawa Tengah (Jateng), yang diduga mengalami keracunan akibat mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Senin (14/4/2025) mencapai 60 orang. Mereka terdiri dari siswa TK hingga SMP. Sebelumnya, disebutkan bahwa korban terduga keracunan hanya belasan murid.
"Untuk perkembangan yang bergejala setelah mengonsumsi makanan dari MBG pada tanggal 14 itu sampai sekarang update-nya ada 60 orang," ungkap epidemiolog Dinas Kesehatan (Dinkes) Batang, Khairunnisa, mewakili Kepala Dinkes Batang Didiet Wisnuhardanto, ketika dihubungi via telepon, Rabu (16/4/2025).
Khairunnisa menambahkan, ke-60 siswa yang diduga mengalami keracunan MBG itu tersebar di beberapa sekolah. Rinciannya yakni TK Salimah (dua siswa), SDN Proyonanggan 5 (19 siswa), TK Al Karomah (tiga siswa), TK Aisyiah (dua siswa), SMPN 1 Batang (10 siswa), SDN kauman 1 (9 siswa), SDN Kauman 6 (13 siswa), dan SDN Kauman 3 (dua siswa).
Menurut Khairunnisa, para siswa yang diduga keracunan MBG mengalami sejumlah gejala, antara lain mual, pusing, muntah, hingga diare. "Sebagian besar sih mual," ucapnya.
Khairunnisa mengungkapkan, para siswa yang diduga keracunan tidak sampai menjalani perawatan di rumah sakit. Khairunnisa mengeklaim, kondisi mereka pun kini sudah membaik dan telah kembali bersekolah.
Ada dugaan bahwa para murid mengalami gejala-gejala seperti keracunan akibat mengonsumsi mi yang menjadi menu karbohidrat MBG pada Senin lalu. Namun Khairunnisa menyampaikan, dugaan tersebut harus dibuktikan melalui uji laboratorium.
"Semua makanan yang kemarin dikonsumsi itu kami kirimkan samplingnya ke Balai Kesehatan PAK Semarang. "Sampel yang kami periksa ada mi, sayur sawi, sama telur dadar. Itu sampel sudah kita kirim," kata Khairunnisa dengan menambahkan bahwa hasil uji lab akan diketahui dalam dua pekan.
Dia mengungkapkan, merespons munculnya kasus dugaan keracunan tersebut, Dinkes Batang sudah melakukan sosialisasi lanjutan kepada sekolah-sekolah di sana terkait pelaksanaan MBG. "Jadi sebelum (murid) mengonsumsi makanan tersebut, mohon ibu gurunya itu untuk mencicipi, dari baunya dulu, jadi apabila nanti dirasa ada basi ataupun yang tidak enak, dan terlihat bentuknya sudah berubah, itu segera dilaporkan dan tidak dikonsumsi," ucapnya.
Menurut Khairunnisa, pada Senin lalu, terdapat beberapa sekolah yang muridnya tak mengonsumsi menu mi MBG. Hal itu karena guru di sekolah terkait sudah terlebih dulu mencium bau tak sedap dari mi tersebut.
Khairunnisa mengungkapkan, Dinkes Batang rutin melakukan pengecekan berkala sebulan sekali ke fasilitas pelaksanaan MBG. "Secara berkala itu kan juga dilakukan pemeriksaan dari airnya, dari dapurnya. Setiap hari koordinasi juga dengan petugas dari Badan Gizi Nasional," kata ujarnya.
Dia menambahkan bahwa dapur untuk menyiapkan menu MBG harus memiliki sertifikat. Sertifikat tersebut diterbitkan dinkes di daerah terkait. Menurut Khairunnisa, hal itu juga merupakan bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan MBG.