Selasa 22 Jul 2025 10:00 WIB

Kata Guru yang Mengajar Hampir 50 Murid Sekelas: Lihat Lagi di Lapangan, Semoga Cukup Tahun Ini Saja

Dari lima ruang kelas, hanya sebagian ruangan yang memiliki fasilitas kipas angin.

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Mas Alamil Huda
Suasana kegiatan belajar mengajar di kelas X SMAN 15 Depok, Senin (21/7/2025). Satu rombel di kelas X diisi oleh 47-48 siswa.
Foto: Bayu Adji Prihammanda/Republika
Suasana kegiatan belajar mengajar di kelas X SMAN 15 Depok, Senin (21/7/2025). Satu rombel di kelas X diisi oleh 47-48 siswa.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kebijakan 50 siswa per kelas yang digagas Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi mulai diberlakukan efektif pada Senin (21/7/2025). Di SMAN 15 Depok, Jabar, satu kelas diisi 47 siswa hingga 48 siswa karena menyesuaikan infrastruktur dan fasilitas yang sudah menyentuh batas maksimal.

Berdasarkan pantauan Republika, terdapat 238 siswa kelas X di SMAN 15 Depok yang terbagi dalam lima rombongan belajar (rombel) pada tahun ajaran 2025-2026. Sebanyak tiga rombel diisi oleh 48 siswa dan dua rombel diisi oleh 47 siswa.

Baca Juga

Para siswa di setiap kelas itu menduduki bangku yang berjajar menjadi empat baris dengan jarak antarbaris hanya sekitar 1 meter. Masing-masing barisnya diisi oleh enam deret meja dan bangku yang diduduki oleh dua orang siswa.

Dari lima ruang kelas yang digunakan oleh siswa kelas X, hanya sebagian ruangan yang memiliki fasilitas kipas angin. Sejumlah ruangan lainnya hanya mengandalkan angin sepoi dari jendela kelas yang dibiarkan terbuka.

Kondisi itu diperparah lantaran para siswa kelas X di SMAN 15 Depok memulai kegiatan belajar mengajar pada siang hari, sehingga matahari menyengat lebih terik. Sebab, jumlah ruang kelas yang ada di sekolah itu tidak mencukupi untuk membuat semua siswa masuk pagi hari.

Republika sempat mencoba masuk ke satu per satu ruang kelas yang digunakan para siswa kelas X belajar. Hawa panas di dalamnya cukup untuk membuat konsentrasi buyar. Beberapa siswa juga berupaya mengusir kegerahan itu dengan mengipas-ngipaskan buku atau topi ke arah wajahnya.

Guru Bahasa Inggris SMAN 15 Depok, Zaza, menilai kebijakan untuk memaksimalkan ruang kelas diisi 50 siswa itu tidak hanya membuat para siswa kesulitan konsentrasi. Menurut dia, para guru juga ikut merasakan kesulitan akibat kebijakan yang dibuat oleh Gubernur Jabar Dedi Mulyadi itu.

"Gimana caranya kita harus ngajar 50 siswa, yang walaupun enggak akan optimal, pasti. Karena 36 aja pasti ada yang enggak kejangkau. Apalagi ini 47-48 siswa," kata guru yang juga menjadi salah satu wali kelas X di SMAN 15 Depok, kepada Republika, Senin (21/7/2025).

Kondisi itu belum ditambah kendala teknis lain yang dihadapi oleh SMAN 15 Depok, seperti memulai pembelajaran pada siang hari untuk kelas X. Pasalnya, tidak ada ruang kelas lain yang bisa digunakan untuk kelas X belajar pagi hari. "Cuma mau gimana lagi," keluh guru yang juga mengajar Bahasa Jerman itu.

Sebagai guru, Zaza tak mau larut dalam kondisi yang serba menyulitkan itu. Mengingat, ia memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan seluruh siswa yang diajar olehnya bisa menerima materi pelajaran dengan baik.

Salah satu siasat yang akan diterapkannya dalam mengajar kelas jumbo itu adalah dengan melibatkan semua siswa untuk bisa sama-sama membuat suasana kelas kondusif. Dengan siasat itu, diharapkan para siswa akan memiliki tanggung jawab dalam memastikan proses pembelajaran berjalan lancar.

"Jadi saling mengondisikan satu sama lain lah, punya tanggung jawab masing-masing," ujar dia.

Meski demikian, ia tetap berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar bisa mengevaluasi kebijakan PAPS. Pasalnya, realitas di lapangan tidak semua sekolah negeri mampu melaksanakannya.

"Harapan saya, lihat lagi di lapangan seperti apa. Semoga cukup sekarang aja tahun ini, jadi evaluasi besar buat semua. Jadi ke depan bisa memilih dan memilah jumlah siswa di kelas agar optimal," ujar Zaza.

Siswa kepanasan

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement