Selasa 22 Jul 2025 10:57 WIB
200 Tahun Perang Jawa

Hubungan Turki Utsmani dan Perang Jawa, Adakah Buktinya? 

Turki Utsmani diperkirakan telah menjalin hubungan dengan Kesultanan Demak.

Rep: Fitriyan Zamzami, Ahmad Slaby Ichsan/ Red: Fitriyan Zamzami
Pasukan Bregada mengawal gunungan Garebeg Maulud saat acara puncak Sekaten Keraton Yogyakarta di Keraton Yogyakarta, Kamis (28/9/2023). Turki Utsmani disebut memiliki relasi dengan Kesultanan Yogya.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pasukan Bregada mengawal gunungan Garebeg Maulud saat acara puncak Sekaten Keraton Yogyakarta di Keraton Yogyakarta, Kamis (28/9/2023). Turki Utsmani disebut memiliki relasi dengan Kesultanan Yogya.

Juli 2025 ini menandai tepat 200 tahun Perang Jawa dimulai. Perlawanan pribumi yang dipimpin Pangeran Diponegoro dan berlangsung selama lima tahun ini punya dampak signifikan tak hanya terkait perlawanan terhadap kolonial Belanda namun juga soal perkembangan Islam di Indonesia. Republika menggali arsip-arsip terdahulu soal perang dahsyat yang menewaskan ratusan ribu jiwa tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang Jawa kerap dikabarkan memiliki singgungan dengan relasi Muslim di Jawa dengan Turki Utsmani. Kemiripan struktur pasukan Pangeran Diponegoro dengan ketentaraan Utsmani disebut jadi penandanya. Ternyata, ada bukti dokumen juga terkait hubungan tersebut.

Baca Juga

Bukti-bukti hubungan itu salah satu yang dirangkum dalam buku “Turki Utsmani-Indonesia: Relasi dan Korespondensi Berdasarkan Dokumen Turki Utsmani,” yang terbit pada 2017. Bukti-bukti itu dihimpun cendekiawan Turki dari arsip-arsip lama yang tersimpan di berbagai museum di Turki.

Hubungan Utsmani dengan kerajaan Islam di Jawa salah satunya terekam dalam arsip nomor A.DVNS.MHM, 12/596. Surat itu bertanggal pada 1924, tepat di tahun sebelum Perang Jawa dilancarkan Pangeran Diponegoro.

Surat itu berisi keterangan soal perjalanan As-Sayyid Osman, putra dari Al-Mukarram As-Sayyid Muhammad Zayn “dari Rhodes dan Madinah, ke Jawa pada 1811 bersama bapaknya dan keluarganya.” 

Surat itu kemudian menerangkan bahwa mereka tinggal di Jawa untuk beberapa waktu yang lama. “Setelah Madinah diambil alih dari penguasaan kaum Khawarij, ia kembali ke Madinah. Dan setelah tinggal di sana beberapa saat, ia kembali ke Jawa antara tahun 1822 dan 1823.” 

Di Jawa, tulis surat itu, As-Sayyid Osman bertemu dengan penguasa Jawa yang kemudian memberinya surat untuk disampaikan kepada Sultan Kekaisaran Turki Utsmani. As-Sayyid Osman juga melaporkan saat itu kerajaan di Jaza "telah mengirim banyak surat secara terus-menerus sampai masa Kekaisaran Turki Utsmani terkini karena para pendahulu mereka telah memeluk Islam.”

photo
Dokumen soal hubungan Turki Utsmani dan kerajaan di Jawa tertanggal 1824. - (Repro Turki Utsmani-Indonesia)

Lebih jauh, surat pada 1824 itu menerangkan bahwa kala itu “Kekaisaran Turki Utsmani telah membantu mereka dengan mengirimkan banyak orang dan bantuan militer sehingga mereka mampu membuat peluru kanon dan bom.”

Bermodalkan bantuan militer dari Turki Utsmani itu, kerajaan Islam di Jaza dilaporkan “mampu menaklukkan banyak pulau dan membuat penduduknya memeluk Islam. Berkat bantuan tak terhingga dari Kekaisaran Turki Utsmani, mereka sangat berterima kasih kepada Kekaisaran Turki Utsmani. Namun demikian, salah satu suku di Jawa tidak memeluk Islam dan mereka selalu menyerang dan merusak kota di Jawa dan sekitarnya."

Setelah surat itu, dokumen dalam buku “Turki Utsmani-Indonesia: Relasi dan Korespondensi Berdasarkan Dokumen Turki Utsmani,” tak ada yang menunjukkan korespondensi selama Perang Jawa dan setelahnya. Baru pada Juli 1891 muncul lagi Jawa dalam dokumen. Dokumen itu berisi surat yang diserahkan oleh Yaver Dervis Bey kepada Sultan Utsmani, menjelaskan bahwa sebuah titah telah datang melalui Mabeyci Arif Bey. Titah tersebut tersebut menjelaskan bahwa sebuah pertemuan dengan Syarif Ali dari Jawa untuk mendapatkan informasi telah diatur. 

Dalam pertemuan ini. Syarif Ali mengulangi lagi permasalahan yang telah ia jelaskan dalam suratnya kepada Khalifah. “Ia juga menyampaikan niatnya untuk memohon perlindungan Khalifah, selaku pelindung tunggal bagi rakyat Muslim, agar menyelamatkan negerinya dari serbuan-serbuan musuh yang telah berlangsung sekian lama.”

photo
Dokumen relasi hubungan Turki Utsmani dan kerajaan Jawa dalam surat tertanggal Juli 1891. - (Repro Turki Utsmani-Indonesia)

Untuk mewujudkan tujuan ini, setiap tahunnya 10-20 anak dari wilayah ini harus dibawa ke Istanbul untuk dididik di sekolah Militer. Setelah cukup menimba ilmu militer, mereka harus kembali ke Tanah Air. “Dengan demikian jumlah anak-anak terlatih ini akan meningkat dan kekuatan pertahanan di wilayah mereka akan menguat. Kemudian mereka akan menunjukkan secara terbuka keterikatan mereka dengan Khalifah dan mengibarkan bendera-bendera Utsmani.”

Anak-anak dari Jawa ini diproyeksikan akan melawan Belanda dengan senjata yang diperolehnya. “Keberhasilan ini akan dicapai Khalifah dengan pertolongan Allah. Karena sekarang banyak ulama dan orang terpandang dari Jawa yang pergi ke wilayah Hijaz untuk berhaji, ia juga akan bertolak dengan kapal dan membahas persoalan ini dengan mereka. la akan langsung ke Suez, lalu ke Jeddah dan Yanbu dengan kapal, atau kapal layar jika Syarif Ali sempat menemuinya.”

Namun tak begitu jelas apakah rencana ini jadi dijalankan atau tidak. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement