REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menu program makan bergizi gratis (MBG) untuk sejumlah sekolah di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) ramai menjadi perhatian masyarakat. Pasalnya, dalam menu itu terdapat beras yang belum dimasak untuk dibagikan kepada para siswa.
Menu MBG itu didistribusikan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Mualaf Indonesia Timur (Yasmit) Ciputat Timur. Setidaknya, ada 18 sekolah dengan jumlah sasaran mencapai 4.075 siswa di wilayah Ciputat Timur, Kota Tangsel, yang menerima menu itu.
Republika mencoba mendatangi salah satu sekolah di Ciputat yang menerima MBG menu beras, salah satu sekolah yang menerima menu MBG berupa beras belum dimasak itu pada Kamis (19/6/2025). Siang itu, sudah tidak ada kegiatan belajar mengajar di sekolah. Bukan karena jam pelajaran sudah usai, melainkan kegiatan belajar mengajar di sekolah itu sudah selesai sejak awal Juni 2025.
Salah satu pejabat pihak sekolah berinisial S mengatakan, kegiatan di sekolah memang sudah tidak efektif sejak awal Juni. Menurut dia, saat ini sudah tidak ada lagi kegiatan belajar mengajar karena ujian sudah dilakukan. Para siswa yang datang hanya tinggal melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler.
"Karena kan di Juni emang di kalender pendidikan Juni itu udah ujian SMP, SMK semua," kata dia kepada Republika, Kamis siang.
Menurut dia, menu beras dalam program MBG yang diterima sekolahnya bukan yang kali pertama. Ia menyebutkan, pembagian menu MBG berupa beras sudah dilakukan oleh SPPG sejak awal Juni. Menu itu dibagikan setiap Senin untuk jatah siswa MBG dalam sepekan.
Pada pekan pertama, menu yang dibagikan adalah beras, telur rebus, tempe orek, puding, abon, pisang, dan susu UHT. Sementara pada pekan kedua Juni, menu yang didapat adalah beras, telur rebus, bubur kacang hijau, pisang, kacang teri goreng, susu UHT, dan jeruk. Sedangkan pada pekan ketiga atau Senin (16/6/2025), menu yang dibagikan adalah beras, telur puyuh, kacang, baby nila kripsi, apel malang, pisang, dan susu UHT.
Republika juga sempat mencicipi sisa menu MBG yang ada. Hanya beras dalam menu itu yang belum dimasak. Sementara untuk lauk pauknya sudah siap untuk dikonsumsi. Menurut pihak sekolah, baru sejak awal Juni sekolahnya mendapat menu MBG berupa beras yang belum dimasak. Sebelumnya, sekolahnya selalu menerima menu MBG yang siap saji.
Sebagai penerima manfaat, dia mengaku tidak terlalu mempermasalahkan menu beras belum dimasak dalam program MBG. Pasalnya, kegiatan di sekolah sudah tidak efektif sejak awal Juni. "Karena di sini, kami dari awal Juni itu sudah ada ujian. Karena ujian praktik kalau SMK itu kan pulangnya ada yang di jam 10, ada yang jam 1, enggak tentu," kata dia.
Karena itu, ia menilai, pembagian MBG berupa beras dinilai efektif. Pasalnya, beras itu bisa dibawa pulang oleh para siswa untuk dimakan di rumahnya masing-masing. "Karena kalau nasi kayak biasanya, sebelumnya, lauk-lauk, itu takutnya malah kalau dibeda-beda baginya, takut malah basi, kalau sampai siang," kata dia.
Dia menilai, para siswa yang mendapat menu beras yang belum dimasak itu tidak terlalu mempermasalahkannya. Pasalnya, mereka bisa mengonsumsinya di rumah bersama keluarganya.
"Jadi paling mereka pas di sekolah lagi jam istirahat, lagi jam istirahat praktik, paling minum susunya, makan pisangnya gitu. Terus kalau kayak kacang terinya atau telurnya ya dimakan sama bekel mereka," kata dia.
Menu MBG berupa beras itu tidak hanya diterima para siswa di satu sekolah. Para siswa di sekolah lain juga menerima menu serupa.