REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sebanyak 416 warga di lima dukuh di Desa Mendala, Kecamatan Sirampog, Brebes, dievakuasi akibat bencana tanah bergerak. Evakuasi dilakukan karena jumlah dukuh terdampak mengalami penambahan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bergas Catursasi Penanggungan mengungkapkan, bencana tanah bergerak di Desa Mendala mulai terjadi pada dini hari tanggal 17 April 2025. Pergerakan tanah terjadi secara bertahap.
Kala itu warga di lokasi terdampak telah merasakan bunyi derak dan patahan pada konstruksi bangunan rumah mereka. "Masyarakat itu sudah mengetahui kalau terjadi retakan. Cuma kan mereka tidak bisa berbuat banyak karena retakannya cukup luas," kata Bergas kepada Republika, Kamis (24/4/2025).
Karena tanah terus mengalami pergerakan, warga akhirnya berinisiatif mengevakuasi diri. Mereka juga menjalin koordinasi dengan otoritas-otoritas terkait. "Makanya kan langsung tenda berdiri. Lokasi buat evakuasi disiapkan," ungkap Bergas.
Bergas mengatakan kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak menjadi yang pertama dievakuasi. Evakuasi selanjutnya adalah barang-barang berharga milik warga. Proses evakuasi dibantu para relawan, termasuk personel TNI-Polri. "Total pengungsi ada 416 jiwa. Itu tersebar di beberapa titik," ujar Bergas seraya menambahkan terdapat sekitar 211 warga yang mengungsi ke rumah kerabat mereka.
Menurut Bergas, bencana tanah bergerak di Desa Mendala awalnya hanya berdampak pada empat dukuh, yakni Dukuh Krajan, Karanganyar, Babakan, dan Cupang Bungur. "Ini baru saja dapat informasi ada Dukuh Ares yang terdampak lagi," ucapnya.
Awalnya rumah yang terdampak tanah bergerak juga hanya puluhan. Kini jumlahnya telah melampaui 100 rumah.
Bergas menjelaskan, bencana tanah bergerak di Desa Mendala terjadi akibat akumulasi serapan air pada tanah selama musim hujan lalu. Apalagi permukiman warga berada di lereng.
"Pemicunya tetap hujan ya. Karena daerah itu adalah daerah dengan kontur tanah dengan kemiringan tertentu, berarti punya potensi terjadi longsor atau tanah bergerak," kata Bergas.
Bergas menambahkan bahwa Dukuh Kerajan merupakan yang paling parah terdampak. "Karena kemiringan (tanah) sampai 60 derajat," ujarnya.
Dia mengungkapkan, bantuan untuk warga terdampak terus didistribusikan, baik oleh pemerintah kabupaten maupun provinsi. "Kita dari provinsi sudah ada dukungan logistik dari Dinsos, Ketahanan Pangan, BPBD, termasuk CSR-CSR dan banmas-banmas itu sudah ada ke mereka tentunya," kata Bergas.