REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran dilaporkan tengah membangun ulang militer mereka sebagai persiapan menyongsong perang lanjutan melawan Israel. Hal itu diungkapkan penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Yahya Rahim Safavi, yang menilai bahwa Iran dan Israel saat ini sebenarnya tidak dalam kondisi gencatan senjata.
"Kami tidak dalam gencatan senjata, kami dalam posisi berperang. Tidak ada protokol, regulasi atau perjanjian yang telah ditulis di antara kami dan AS atau Israel," ujar Safavi kepada media Iran, Ahad (17/8/2025) dilansir the New Arab.
"Saya pikir perang akan terjadi lagi, dan setelah itu, mungkin tidak akan ada lagi peperangan," ujarnya menambahkan.
Kapabilitas militer dan fasilitas nuklir Iran diyakini mengalami kerusakan pascaperang 12 hari, dan menurut Safavi, sangat penting bagi negaranya untuk mengembalikan kemampuan militernya dalam menangkal musuh.
"Amerika dan Zionis mengatakan mereka menciptakan perdamaian lewat kekuatan; sehingga, Iran juga harus menjadi kuat, karena dalam sistem alamiah, yang lemah akan diinjak-injak." kata Safavi.
"Kami harus memperkuat diplomasi, media, rudal, drone dan strategi serangan siber. Kami, militernya, menjalankan skenario-perencanaan, kami melihat skenario terburuk, dan kami menyiapkan sebuah rencana untuk itu."

"Tentunya, strategi kita adalah untuk menyelesaikan masalah lewat negosiasi, tapi kami khawatir apakah pihak lawan percaya pada negosiasi atau tidak," ujar Aref menambahkan.
Aref menambahkan, bahwa kekuatan Barat berupaya mendikte kebijakan mereka terhadap negara-negara lain. Namun, Iran tegak berdiri melawan.
"Ini adalah bagaimana bentuk dari hak asasi manusia dan perdaban Barat," kata Aref, sambil menambahkan, bahwa, "Kami tidak mencari perang, tapi strategi kami adalah jika mereka memulai, akhir (kemenangan) perangnya akan menjadi milik kita."