Selasa 19 Aug 2025 15:15 WIB

Iran Menyongsong Perang Menentukan dan Mungkin yang Terakhir Melawan Israel

"Saya pikir perang akan terjadi lagi, dan setelah itu, mungkin tidak akan ada lagi."

Sistem pertahanan udara Israel melepaskan tembakan untuk mencegat rudal selama serangan Iran di Tel Aviv, Israel, Sabtu, 21 Juni 2025.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Sistem pertahanan udara Israel melepaskan tembakan untuk mencegat rudal selama serangan Iran di Tel Aviv, Israel, Sabtu, 21 Juni 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran dilaporkan tengah membangun ulang militer mereka sebagai persiapan menyongsong perang lanjutan melawan Israel. Hal itu diungkapkan penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Yahya Rahim Safavi, yang menilai bahwa Iran dan Israel saat ini sebenarnya tidak dalam kondisi gencatan senjata.

"Kami tidak dalam gencatan senjata, kami dalam posisi berperang. Tidak ada protokol, regulasi atau perjanjian yang telah ditulis di antara kami dan AS atau Israel," ujar Safavi kepada media Iran, Ahad (17/8/2025) dilansir the New Arab.

Baca Juga

"Saya pikir perang akan terjadi lagi, dan setelah itu, mungkin tidak akan ada lagi peperangan," ujarnya menambahkan.

Kapabilitas militer dan fasilitas nuklir Iran diyakini mengalami kerusakan pascaperang 12 hari, dan menurut Safavi, sangat penting bagi negaranya untuk mengembalikan kemampuan militernya dalam menangkal musuh.

"Amerika dan Zionis mengatakan mereka menciptakan perdamaian lewat kekuatan; sehingga, Iran juga harus menjadi kuat, karena dalam sistem alamiah, yang lemah akan diinjak-injak." kata Safavi.

"Kami harus memperkuat diplomasi, media, rudal, drone dan strategi serangan siber. Kami, militernya, menjalankan skenario-perencanaan, kami melihat skenario terburuk, dan kami menyiapkan sebuah rencana untuk itu."

photo
Tentara Israel dan tim penyelamat mencari korban di tengah reruntuhan bangunan tempat tinggal yang hancur akibat serangan rudal Iran di Beersheba, Israel, Selasa (24/6/2025).  - (AP Photo/Leo Correa)
 
Wakil Presiden Mohammad Reza Aref mengatakan, Iran tidak menginginkan perang, tapi dalam hal musuh memulainya, adalah Iran yang akan memutuskan soal bagaimana dan kapan mengakhiri perang itu. Berbicara dalam sebuah pertemuan dengan para presiden dari universitas-universitas besar Iran di Teheran, pada Senin (18/8/2025), Aref mengatakan, "Hari ini, kita dalam keadaan akibat dari sebuah perang. Kita tidak dalam gencatan senjata, tapi pada penghentian sementara aksi militer, sehingga kita harus bersiap berkonfrontasi dengan musuh kapan pun." 

"Tentunya, strategi kita adalah untuk menyelesaikan masalah lewat negosiasi, tapi kami khawatir apakah pihak lawan percaya pada negosiasi atau tidak," ujar Aref menambahkan.

Aref menambahkan, bahwa kekuatan Barat berupaya mendikte kebijakan mereka terhadap negara-negara lain. Namun, Iran tegak berdiri melawan.

"Ini adalah bagaimana bentuk dari hak asasi manusia dan perdaban Barat," kata Aref, sambil menambahkan, bahwa, "Kami tidak mencari perang, tapi strategi kami adalah jika mereka memulai, akhir (kemenangan) perangnya akan menjadi milik kita."

 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement