Selasa 19 Aug 2025 15:29 WIB

Banyak Anak tak Bisa Baca Jam Analog, Mendikdasmen: Orang Tua Harus Biasakan Anak dengan Numerasi

Mendikdasmen menyayangkan ada anak yang tak bisa baca jam analog.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI Prof Abdul Muti
Foto: kemendikdasmen
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI Prof Abdul Muti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menyoroti banyaknya anak Indonesia yang tidak mampu membaca jam analog akibat dari rendahnya kemampuan numerasi.

“Sebagian anak-anak kita itu tidak mampu membaca jam analog, membaca jam digital itu bisa karena ada angkanya. Tetapi, ketika sudah jam analog ada jarum panjang, ada jarum pendek itu tidak semuanya bisa membaca,” kata Mendikdasmen Mu'ti dalam kegiatan Peluncuran Gerakan Numerasi Nasional di SDN Meruya Selatan 04 Pagi, Jakarta Barat pada Selasa.

Baca Juga

Ia menilai jam analog memungkinkan murid belajar matematika, seperti tentang angka dan sudut sehingga hal tersebut menjadi contoh nyata terkait penerapan kemampuan numerasi dalam kehidupan sehari-hari.

"Padahal dari situ (jam analog) dia (murid) tidak hanya mengenal angka-angka dan jam berapa tapi juga sudut-sudut. Itu numerasi," imbuhnya.

Karena itu, Mu'ti mengajak seluruh pihak, khususnya pihak sekolah dan orang tua agar menguatkan penanaman kemampuan numerasi dalam kehidupan sehari-hari kepada anak-anak.

Selain mampu membaca jam analog, ia juga ingin anak-anak Indonesia dapat berhitung perkalian dasar tanpa menggunakan alat bantu kalkulator.

“Jangan sampai ketika ada pertanyaan empat kali empat sama dengan berapa? Nah jawabannya 16 itu harus pakai kalkulator dihitungnya,” katanya.

Lebih lanjut, ia pun menambahkan kemampuan numerasi dapat ditingkatkan melalui kebiasaan-kebiasaan yang menyenangkan, yang salah satunya melalui peluncuran Gerakan Numerasi Nasional (GNN) sebagai gerakan nasional.

“Saya berharap ini tidak sekedar menjadi seremonial belaka, tapi harus menjadi bagian dari gerakan bersama untuk membangun budaya numerasi, sebagai bagian dari kita membangun generasi Indonesia yang kuat, generasi Indonesia yang hebat,” ujar Mu'ti.

Karena itu, ia berharap pembiasaan numerasi tersebut tidak hanya diselenggarakan di sekolah, namun juga di rumah.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement