REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) I Banjarmasin, Gusti Khairur Rahman, mengungkapkan apa yang terjadi terhadap sekolahnya setelah menjadi bagian dalam program sekolah penggerak. Program yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) itu dia rasa dapat memberikan tantangan, semangat, dan motivasi kepada para guru untuk melakukan inovasi pembelajaran.
"Dengan adanya sekolah penggerak memberi semangat dan motivasi untuk inovasi pembelajaran. Tidak hanya di dalam kelas, tapi siswa diajak ke luar kelas dan juga siswa diajak berpikir kritis," ujar Gusti saat ditemui di salah satu ruangan kelas sekolahnya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu (20/7/2022).
Gusti menceritakan, pada mulanya pengetahuannya tentang program sekolah penggerak benar-benar nol. Dia tidak mengetahui sama sekali program tersebut. Tapi, dia diyakinkan oleh dinas pendidikan Banjarmasin bahwa program tersebut dapat meningkatkan inovasi para guru. Dari sana, dia mulai mengikuti pendaftaran dan tahapan-tahapan berikutnya.
Dalam prosesnya, dia juga mencari tahu lebih lanjut mengenai program sekolah penggerak. Hingga pada akhirnya dia juga mengetahui program tersebut dapat mengarahkan siswa menjadi seorang pelajar dengan profil pelajar Pancasila. Dengan melihat sumber daya manusia (SDM) yang dia miliki di SMPN I Banjarmasin, Gusti yakin sekolahnya dapat bersaing dengan sekolah-sekolah lain. Hingga akhirnya SMPN I Banjarmasin mendapatkan status sebagai sekolah penggerak.
Ni Nyoman Gayatri Puspa Wardhani, atau biasa disapa Gea, merupakan siswi kelas VIII SMPN I Banjarmasin. Selama setahun terakhir bersekolah di satuan pendidikan berstatus sekolah penggerak, dia merasa sangat terbantu dalam hal pengembangan nalar dan cara berpikir. Terlebih karena dalam proses pembelajaran dilaksanakan suatu proyek.
"Kami dalam satu tahun itu ada tiga proyek. Yang pertama itu demokrasi. Demokrasi itu melatih bagiamana menjadi orang yang dewasa dalam hal memilih dan berpolitik, berdemokrasi. Lalu proyek yang kedua itu tentang kearifan lokal. Kami dilatih untuk mengolah kue tradisional khas Banjar. Yang ketiga, itu menurut saya yang sangat pas dengan saya, yaitu adalah market day atau kewirausahaan," jelas dia.
Menurut Gea, selain membuat para siswa dapat bernalar kritis, sekolah penggerak juga menuntut para peserta didiknya untuk kreatif dalam menyampaikan pikiran yang dimiliki. Hal tersebut dia dapatkan saat melakukan kegiatan langsung pembelajaran di luar kelas. Di mana belajar tak lagi berada di ruang kelas dan berdasarkan pada buku saja.
"Seperti yang saya tekankan yang project itu, kami lebih senang dan lebih excited dalam seminggu itu. Dan kami tidak cuma belajar di dalam kelas begitu-begitu aja," jelas dia.
Gea menilai program sekolah penggerak perlu dilakukan juga di satuan-satuan pendidikan lainnya. Menurut dia, program tersebut dapat menjadikan para murid memiliki profil pelajar Pancasila, yang ditekankan lewat pembelajaran berbasis proyek tadi. Dia menilai, hal tersebut dapat menjadi dasar bagi anak-anak penerus bangsa agar menjadi lebih kuat di masa depan.
"Menjadikan dasar kami jadi lebih kuat sehingga bisa memperbaiki SDM indonesia sendiri. Membuat anak indonesia menjadi lebih maju dan lebih berkembang dalam pemikiran," kata dia.