Selasa 13 Nov 2018 03:50 WIB

RS Polri Butuh Waktu Identifikasi Jenazah yang Rusak

Proses pemeriksaan DNA korban Lion Air butuh waktu empat sampai delapan hari.

Suasana Ruang Instalasi Forensik Posmortem Rumah Sakit (RS) Polri, Jakarta, Jumat (2/11),
Foto: Republika/Imas Damayanti
Suasana Ruang Instalasi Forensik Posmortem Rumah Sakit (RS) Polri, Jakarta, Jumat (2/11),

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Kepala Rumah Sakit Polri RS Sukanto Kombes dr Hariyanto mengatakan, tim Identifikasi Korban Bencana (DVI) Mabes Polri membutuhkan waktu lebih lama untuk mengidentifkasi korban Lion Air JT 610 apabila sampel tubuh yang diperiksa rusak. Proses identifikasi korban akan dilakukan melalui DNA.

Hariyanton menjelaskan, beberapa hasil pemeriksaan menunjukkan profil DNA yang kurang lengkap, sehingga proses identifikasi pun belum dapat dilakukan. Jika hasil profil DNA tidak lengkap, tim DVI akan melakukan proses pemeriksaan ulang. Proses pemeriksaan DNA berlangsung umumnya sekitar empat-delapan hari, tetapi jika tidak ada kecocokan maka eksaminasi membutuhkan waktu tambahan.

"Tim DVI dan Inafis (unit pemeriksaan sidik jari) masih mengembangkan sampel yang diterima dari posko postmortem. Tentu, nanti akan diumumkan hasilnya jika sudah ada hasilnya," ujar dr Hariyanto, Senin (13/11).

RS Polri saat ini telah memeriksa 195 kantong jenazah dan masih mengeksaminasi 666 sampel DNA. Di sisi lain, tim Inafis juga masih memeriksa belasan sampel sidik jari. Dalam kesempatan berbeda, Kepala Bidang Identifikasi Korban Bencana (DVI) Mabes Polri Kombes Polisi drg Lisda Cancer mengatakan, proses identifikasi korban bergantung pada kualitas sampel yang diperiksa. Informasi DNA, menurut Kombes Lisda, lebih lama tersimpan dalam tulang, dibanding dengan jaringan tubuh lainnya.

"Data DNA dapat tersimpan dengan baik dalam tulang, dan tidak mudah rusak, dibandingkan dengan jaringan tubuh lain yang mudah rusak karena pembusukan," kata Kombes Pol Lisda Cancer saat ditemui usai jumpa pers di halaman Gedung Sentra Visum dan Medikolegal RS Polri Kramat Jati.

Alasannya, tulang memiliki lima lapis jaringan, di antaranya, peristoneum (lapisan terluar), tulang kompak, tulang spons, endosteum, dan sumsum tulang. Banyaknya lapisan itu dapat menyimpan data DNA lebih baik, dibanding jaringan lain yang mudah rusak, salah satunya karena pembusukan.

Kombes Lisda menyebut tulang banyak ditemukan pada kantong jenazah yang dikirim pada Jumat (9/11) dan Sabtu (10/11). Ia pun optimistis temuan tersebut dapat mengungkap lebih banyak penumpang ke depannya nanti. Hingga hari ke-15 insiden terjadi pada 29 Oktober, tim DVI telah mengidentifikasi 82 penumpang, dan memeriksa 195 kantong jenazah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement