REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI — Penyelidik telah berhasil mengunduh data dari kotak hitam kecelakaan pesawat Air India yang terjadi bulan ini dan menewaskan 260 orang. Hal ini diumumkan Kementerian Penerbangan Sipil India pada Kamis (26/6/2025), sebagai langkah penting dalam memahami salah satu bencana penerbangan terburuk dalam satu dekade terakhir.
Pesawat Boeing 787 Dreamliner yang menuju London jatuh sesaat setelah lepas landas dari Ahmedabad, India, pada 12 Juni. Insiden tragis itu menewaskan 241 dari 242 penumpang dan awak, serta korban jiwa di darat. Kotak hitam pesawat—yakni cockpit voice recorder (CVR) dan flight data recorder (FDR)—ditemukan beberapa hari kemudian, masing-masing di atap gedung pada 13 Juni dan di reruntuhan pada 16 Juni.
Kementerian menyebutkan bahwa data dari perekam penerbangan berhasil diakses pada Rabu (25/6/2025) oleh tim yang dipimpin Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat Udara India (AAIB) bekerja sama dengan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat (NTSB).
“Upaya ini bertujuan merekonstruksi urutan kejadian yang menyebabkan kecelakaan, serta mengidentifikasi faktor-faktor penyebab guna meningkatkan keselamatan penerbangan dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang,” tulis pernyataan resmi kementerian.
Ketua NTSB Jennifer Homendy menyampaikan kepada Reuters bahwa pihaknya berharap pemerintah India dapat segera mengungkap detail hasil investigasi kecelakaan tersebut.
“Demi keselamatan penerbangan, keselamatan publik, dan transparansi, kami berharap temuan mereka diumumkan sesegera mungkin,” kata Homendy dalam sebuah acara penerbangan.
Ia menyebutkan bahwa tim NTSB telah bekerja keras membantu investigasi India dan mendapatkan kerja sama yang sangat baik dari pemerintah India maupun AAIB.
Penyelidikan kecelakaan pesawat Air India, yang kehilangan ketinggian setelah mencapai 650 kaki, kini juga menyoroti kemungkinan masalah daya dorong mesin. Menurut sumber yang mengetahui investigasi, pesawat tersebut kemungkinan sedang mengoperasikan generator tenaga darurat saat insiden terjadi.
Sebagian besar kecelakaan udara umumnya disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor. Laporan awal atas kejadian ini diperkirakan akan dirilis sekitar 30 hari setelah kecelakaan.
Dua perekam buatan General Electric (GE), yang masing-masing terpasang di bagian depan dan belakang jet Boeing 787, merekam data penerbangan yang sama. GE, yang juga memproduksi mesin pesawat dan enhanced airborne flight recorder—gabungan CVR dan FDR—telah mengirim tim ahli ke India untuk mendukung proses investigasi.