Senin 17 Nov 2025 15:39 WIB

Manajer Kapal Tanker yang Disita Iran Ungkap Isi Muatan Kapal

Kapal tanker itu saat ini berlabuh di Selat Khuran, utara Pulau Qeshm.

Kapal tanker di pelabuhan Iran Bandar Abbas, yang ditahan Garda Revolusi Iran saat berada di Selat Hormuz. (ilustrasi)
Foto: Tasnim News Agency/via AP
Kapal tanker di pelabuhan Iran Bandar Abbas, yang ditahan Garda Revolusi Iran saat berada di Selat Hormuz. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Talara, kapal tanker berbendera Marshall Island yang pada Jumat (14/11/2025) disita oleh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) di Selat Hormuz, berhasil dilacak keberadaannya. Menurut data TankerTarackers, kapal itu saat ini berlabuh di Selat Khuran, utara Pulau Qeshm.

Manajer kapal Talara, dari Columbia Shipmanagement, mengatakan, bahwa kapal itu membawa kargo berisi solar mengandung sulfur tinggi, menuju Singapura saat dilaporkan hilang kontak pada pukul 08:22 waktu setempat pada Jumat. Talara diduga diamankan IRGC saat berada sekitar 20 nautikal mil lepas pantan Khorfakkan, Uni Emirat Arab (UEA).

Baca Juga

Ini adalah kali pertama Iran 'membajak' kapal komersial pada tahun ini. Terakhir IRGC menyita kapal komersial terjadi pada April 2024, saat MSC Aries, kapal berbendera Portugal disetop IRGC lewat operasi penyergapan udara menggunakan helikopter.

Pada Sabtu (15/11/2025) IRGC mengonfirmasi bahwa Angkatan Laut mereka mengamankan sebuah kapal tanker asing ke arah selatan pesisir Iran. Penggiringan kapal tanker itu atas dasar dugaan pelanggaran kedaulatan laut.

Dalam sebuah pernyataan dikutip Anadolu, IRGC mengatakan bahwa kapal tanker bernama Talara diintersep di perairan Makran menyusul sebuah perintah dari pengadilan. Kapal tanker itu ditemukan "melanggar karena mengirim barang-barang tanpa otorisasi," di mana kapal tanker itu dilaporkan membawa 30 ribu ton bahan petrokimia menuju Singapura.

Amerika Serikat (AS) bereaksi atas tindakan penyitaan kapal tanker berbendera Kepulauan Marshall oleh IRGC pada Jumat (14/11/2025) lalu. Armada ke-5 Angkatan Laut AS seperti dilaporkan Newsweek dilansir Mehr News saat ini "secara aktif memonitor" perkembangan situasi di Selat Hormuz.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement