Rabu 01 Oct 2025 19:05 WIB

Usai Tolak Permintaan AS Pangkas Jarak Jelajah, Iran Sesumbar Rudalnya Bisa Jangkau Target Manapun

"Rudal-rudal kami bisa menjangkau jarak yang dibutuhkan," kata komandan IRGC.

Rudal Fattah diluncurkan dalam sebuah upacara di Teheran, Iran, Selasa, 6 Juni 2023. Iran mengklaim telah menciptakan rudal hipersonik yang mampu melaju dengan kecepatan 15 kali kecepatan suara.
Foto: Hossein Zohrevand/Tasnim News Agency via AP
Rudal Fattah diluncurkan dalam sebuah upacara di Teheran, Iran, Selasa, 6 Juni 2023. Iran mengklaim telah menciptakan rudal hipersonik yang mampu melaju dengan kecepatan 15 kali kecepatan suara.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Daya jelajah rudal-rudal Iran bisa ditambah sesuai jarak yang dibutuhkan. Hal itu diungkapkan oleh seorang komandan senior Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) kepada Fars News dilansir Reuters, Rabu (1/10/2025).

"Rudal-rudal kami bisa menjangkau jarak yang dibutuhkan," kata Wakil Inspektur Khatam al-Anbiya Mohammadjafar Asadi.

Baca Juga

Rudal-rudal Iran sudah terbukti mampu mencapai jarak jelahah hingga 2.000 kilometer. Hal itu didemonstrasikan pada perang 12 hari dengan Israel di mana rudal-rudal Iran sukses menghantam target-target di wilayah Israel.

Asadi mengatakan, kekuatan dan jarak rudal-rudal Iran telah membatasi periode perang yang dimulai oleh Israel hanya menjadi 12 hari. Pada perang itu diketahui, Iran mengirim ratusan rudal secara bergelombang.

Amerika Serikat akhirnya mengintervensi dengan mengebom situs-situs nuklir Iran yang direspons Teheran dengna menargetkan pangkalan udara AS di Al Udeid base di Qatar. Presiden AS Donald Trump, lalu mengumumkan gencatan senjata yang berujung baik pihak Iran dan Israel mengumumkan kemenangan perang.

 

 

Sebelumnya, Sekretaris Dewan Tertinggi Keamanan Nasional Iran, Ali Larijani dikutip Iran Front Page, Selasa (23/9/2025), mengungkapkan bahwa Amerika Serikat (AS) pernah mencoba menerapkan syarat yang meminta Iran mengurangi daya jelajah rudal-rudalnya menjadi kurang dari 500 kilometer (km). Permintaan AS yang menjadi bagian dari proses negosiasi nuklir itu, kata Larijani, tentunya ditolak oleh Teheran.

Larijani menerangkan, dalam kerangka upaya diplomatik, dua proposal diajukan kepada Iran, satu dari negara-negara Eropa dan satu lagi oleh Rusia. Iran menerima inisiatif diplomatik itu dengan syarat-syarat tertentu dan kerangka waktu 6 bulan negosiasi. Namun demikian, Eropa gagai untuk menghargai komitmen diplomasi mereka dan malahan mengejar reaktivasi mekanisme sanksi snapback di Dewan Keamanan PBB.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement