Kamis 26 Jun 2025 19:33 WIB

Iran Tegaskan tidak akan Ada Lagi Negosiasi-Negosiasi Soal Nuklir

Iran tidak akan menegosiasikan hak mereka memperkaya uranium di tanah sendiri.

Citra satelit dari Planet Labs PBC ini menunjukkan situs pengayaan nuklir Natanz di Iran setelah serangan Israel pada Sabtu, 14 Juni 2025.
Foto: Planet Labs PBC via AP
Citra satelit dari Planet Labs PBC ini menunjukkan situs pengayaan nuklir Natanz di Iran setelah serangan Israel pada Sabtu, 14 Juni 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Wakil Presiden Iran, Mohammad Reza Aref, pada Rabu (26/6/2025), mengumumkan bahwa tidak akan ada lagi negosiasi terkait pengayaan uranium di wilayahnya. Ia menegaskan, bahwa negaranya telah memasuki fase baru saat hitung-hitungan regional dan global secara fundamental telah berubah, dan kekuatan negara Barat tak bisa lagi menerapkan syarat-syarat seperti sebelumnya.

Saat inspeksi mendadaknya mengunjungi pusat pelayanan darurat di Teheran selama serangan Israel, Aref mengatakan, bahwa "Negara-negara Barat saat ini sangat jelas memahami, sanksi-sanksi yang mereka terapkan tidak lagi efektif, dan pembicaraan soal 'nol pengayaan' sudah usang."

Baca Juga

Dia menambahkan, "Kami tidak akan memperbolehkan pengayaan (uranium) menjadi alat tawar lagi."

Aref menegaskan, bahwa agresi terakhir meneguhkan militansi dan persatuan rakyat Iran. Ia memuji peran dari warga negara bisa, khususnya sopir-sopir truk yang secara sukarela mengirim barang-barang penting  selama masa-masa kritis. Dia menegaskan, mobilisasi massal dan persatuan nasional merepresentasikan sebuah pergerakan penting dalam sejarah bangsa Iran.

Di baris depan pertahanan, Aref menggarisbawahi bahwa pihak musuh tidak mengantisipasi respons keras dari kesiapan strategis Iran. Dia menambahkan, "Serangan balasan Iran terhadap pangkalan militer AS memaksa negara Barat untuk memediasi gencatan senjata" -- sebuah demonstrasi dari kapasitas penangkalan Iran atas musuh.

 

Aref menyimpulkan bahwa, syahidnya para pemimpin dan ilmuwan hanya akan menguatkan Iran, "Setiap syuhada membangkitkan satu generasi baru muda baru yang teguh beriman."

Dia menegaskan, bahwa institusi keamanan dan pertahanan telah terbukti kemampuan mereka untuk mengisi segera gap kepemimpinan dan melancarkan operasi serangan balasan dalam beberapa jam. Dia juga mengumumkan sebuah formasi dari komite rekonstruksi spesial yang bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil, merealisasikan komitmen dukungan pemerintah untuk institusi pelayanan publik dan upaya meningkatkan kemampuan mereka menghadapi tantangan masa depan.

 

sumber : Antara, Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement