Jumat 18 Oct 2024 18:11 WIB

Italia Desak Perkuat Pasukan UNIFIL di Tengah Serangan Gencar Israel

Italia menegaskan Israel harus mematuhi hukum internasional dan melindungi sipil.

Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) melihat perbatasan Lebanon-Israel, di atap menara pengawas di kota Marwahin, di Lebanon selatan, 12 Oktober 2023.
Foto: REUTERS/Thaier Al-Sudani
Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) melihat perbatasan Lebanon-Israel, di atap menara pengawas di kota Marwahin, di Lebanon selatan, 12 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto menyuarakan kekhawatiran atas serangan militer Israel terhadap misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL). Ia meminta pasukan PBB di negara tersebut diperkuat dengan aturan keterlibatan yang diperbarui.

"UNIFIL harus diperkuat, dan pasukan Lebanon harus dibuat lebih kredibel. Aturan keterlibatan baru diperlukan," katanya kepada Senat, seperti dikutip oleh kantor berita Italia ANSA, Kamis (17/10).

Baca Juga

Crosetto menekankan, Israel harus berperan dalam memperkuat pasukan UNIFIL, yang memerlukan kemampuan deterensi nyata untuk mencegah penggunaan kekerasan.

"Israel harus mematuhi aturan hukum internasional dan melindungi warga sipil, baik di Gaza maupun di Lebanon, serta kontingen PBB," katanya menambahkan.

Ia juga mencatat bahwa seruan Israel agar pasukan UNIFIL meninggalkan wilayah perbatasan akan merusak kredibilitas PBB. Namun, ia menyebutkan bahwa rencana evakuasi telah diperbarui, diuji, dan siap dilaksanakan jika diperlukan, mengingat lebih dari seribu tentara Italia terlibat dalam misi PBB.

Resolusi PBB 1701, yang diadopsi pada 2006, menyerukan penghentian permusuhan antara Lebanon dan Israel. Resolusi ini juga menetapkan zona demiliterisasi antara Garis Biru (perbatasan Lebanon-Israel) dan Sungai Litani, dengan tentara Lebanon dan pasukan UNIFIL sebagai satu-satunya kekuatan bersenjata yang diizinkan di wilayah tersebut.

Dalam sepekan terakhir, Israel berulang kali menyerang posisi UNIFIL di Lebanon selatan. Aksi militer rejim Zionis ini memicu kecaman global dan kekhawatiran akan rencana militer yang lebih besar.

Serangan terhadap penjaga perdamaian PBB ini terjadi bersamaan dengan serangan udara Israel di seluruh Lebanon yang diklaim menargetkan posisi Hizbullah. Serangan Israel yang semakin intensif di Lebanon telah menewaskan lebih dari 1.500 orang, melukai lebih dari 4.500 lainnya, dan memaksa setidaknya 1,34 juta orang mengungsi sejak akhir September 2024.

Otoritas Lebanon mencatat, secara keseluruhan, jumlah korban serangan Israel sejak Oktober 2023 kini telah melebihi 13.000.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement