Selasa 18 Nov 2025 13:22 WIB

Ini Pihak di Balik Penerbangan Misterius 350 Warga Gaza, Indonesia Disebut Jadi Salah Satu Tujuan

Perusahaan promotor penerbangan warga Gaza dimiliki oleh seorang warga Israel.

Seorang pemuda Palestina mendorong gerobak berisi jeriken berisi air setelah mengambilnya di sebuah kamp pengungsian di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, Sabtu (1/11/2025). Krisis kemanusiaan masih terjadi di Jalur Gaza. Pembatasan ketat yang diberlakukan Israel terhadap masuknya bantuan memperparah penderitaan warga yang masih hidup di tengah reruntuhan. UNRWA menyatakan, sejak perjanjian gencatan senjata diberlakukan, hanya kurang dari separuh bantuan yang disepakati berhasil masuk ke Gaza. Data Kantor Media Pemerintah Gaza mencatat, baru sekitar 1.500 truk bantuan yang berhasil masuk ke Gaza sejak perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang mulai berlaku pada 10 Oktober 2025 lalu.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Seorang pemuda Palestina mendorong gerobak berisi jeriken berisi air setelah mengambilnya di sebuah kamp pengungsian di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, Sabtu (1/11/2025). Krisis kemanusiaan masih terjadi di Jalur Gaza. Pembatasan ketat yang diberlakukan Israel terhadap masuknya bantuan memperparah penderitaan warga yang masih hidup di tengah reruntuhan. UNRWA menyatakan, sejak perjanjian gencatan senjata diberlakukan, hanya kurang dari separuh bantuan yang disepakati berhasil masuk ke Gaza. Data Kantor Media Pemerintah Gaza mencatat, baru sekitar 1.500 truk bantuan yang berhasil masuk ke Gaza sejak perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang mulai berlaku pada 10 Oktober 2025 lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Upaya Israel untuk mempromosikan apa yang disebut mereka sebagai 'migrasi sukarela"' warga Palestina dari Gaza telah memicu kekhawatiran global.

Menurut investigasi surat kabar Israel, Haaretz, sebuah firma konsultan misterius yang terdaftar di Estonia dan dimiliki oleh seorang warga negara Israel telah mengangkut 350 warga Palestina dari Jalur Gaza ke Indonesia, Malaysia, dan Afrika Selatan.

Baca Juga

Sumber anonim mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa tiga kelompok berangkat dengan penerbangan carter dari Bandara Ramon di Eilat. Perusahaan tersebut mengaku telah menghubungi "Kantor Migrasi Sukarela" Israel.

Perusahaan ini dijalankan oleh seorang individu berkewarganegaraan ganda Israel-Estonia dan bertindak sebagai kedok untuk sebuah firma konsultan yang terdaftar di Estonia.

Haaretz juga mengutip sumber anonim yang mengatakan bahwa perusahaan tersebut menawarkan kursi bagi warga Palestina dalam penerbangan carter ke negara-negara yang jauh dengan harga sekitar 2.000 dolar AS per orang.

Direktorat Migrasi Sukarela di Kementerian Pertahanan Israel merujuk kegiatan perusahaan tersebut kepada Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah, yang bertanggung jawab untuk mengoordinasikan keberangkatan warga Palestina dari Gaza.

 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement