REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran telah mengeluarkan pernyataan mengenai “keputusan nasional untuk memaksakan penghentian perang terhadap musuh Zionis dan pendukung kejinya”. Ini dianggap pernyataan persetujuan terhadap gencatan senjata.
Angkatan bersenjata Iran menyampaikan “respon yang membuat malu dan patut dicontoh terhadap kekejaman musuh”, katanya. Mereka menambahkan bahwa serangan tersebut mencapai puncaknya dengan serangan terhadap pangkalan AS di Qatar kemarin malam dan serangan rudal dini hari terhadap Israel.
Dewan tersebut mengatakan Teheran menanggapi serangan di wilayahnya secara proporsional dan tepat waktu, dan “memaksa musuh untuk menyesal dan menerima kekalahan serta penghentian agresinya secara sepihak”.
“Angkatan bersenjata Republik Islam Iran, tanpa memercayai kata-kata musuh dan siap untuk memberikan tanggapan yang tegas dan menghalangi terhadap setiap tindakan musuh yang melanggar”.
Iran melakukan pendekatan gencatan senjata dengan hati-hati karena Israel tidak memiliki rekam jejak yang baik dalam berkomitmen terhadap perjanjian gencatan senjata di Gaza dan Lebanon, kata Abas Aslani, peneliti di Pusat Studi Strategis Timur Tengah di Teheran.
"Itulah sebabnya Teheran berhati-hati, dan para pejabat belum memberikan konfirmasi secara resmi. Jika, pada waktunya, tidak ada pelanggaran, saya pikir Iran akan mematuhi gencatan senjata," katanya kepada Aljazirah.
Aslani mengatakan ini adalah perang antara Iran dan Israel dan mitranya, AS, dengan kedua sekutu tersebut mendefinisikan tujuan mereka sebagai menghancurkan program nuklir Iran dan membawa “perubahan rezim” di Iran, namun tidak tercapai.
"Kami melihat kerusakan yang ditimbulkan terhadap fasilitas nuklir Iran, namun program nuklir negara ini bukan hanya tentang fasilitas dan peralatan tersebut. Iran merelokasi bahan nuklirnya ke tempat yang aman, dan pengetahuan serta pengetahuannya masih utuh," katanya, seraya menambahkan bahwa kemampuan rudal Iran juga tidak hancur, karena menghantam Israel pada hari sebelumnya.
Aslani mengatakan negosiasi yang “bermakna” dengan AS tidak dapat dilakukan dalam jangka pendek, karena AS dan Israel menyerang Iran saat pembicaraan nuklir sedang berlangsung.