Jumat 11 Apr 2025 07:52 WIB

OPM Klaim ‘Penambang Emas’ yang Mereka Bunuh Jadi 17 Orang

Pemerintah Indonesia mengutuk keras aksi pembantaian penambang di Papua.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Fitriyan Zamzami
Aparat bersama sejumlah warga mengevakuasi korban luka-luka akibat diserang kelompok bersenjata di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, Ahad (23/3/2025).
Foto: ANTARA FOTO/HO/Dispenad
Aparat bersama sejumlah warga mengevakuasi korban luka-luka akibat diserang kelompok bersenjata di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, Ahad (23/3/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kelompok separatis Papua mengeklaim jumlah penambang emas yang mereka bunuh di Sungai Silet, Yahukimo, bertambah. Saat ini yang tewas disebut mencapai 17 orang, melonjak dari angka sebelumnya yakni 11 orang.

“Semua yang berhasil dieksekusi oleh pasukan TPNPB, berjumlah 17 orang pendulang emas ilegal,” ujar juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Sebby Sambom, Jumat. 

Baca Juga

TPNPB pada Selasa (8/4/2025) menyatakan bertanggung jawab atas penyerangan, dan pembunuhan para pendulang emas itu. Sebby Sambom dalam rilis resminya  mengatakan penyerangan terhadap pendulang emas itu dilakukan oleh pasukannya dari Kodap XVI Yahukimo dan Kodap III Ndugama-Derakma.

Sebby menegaskan kelompoknya meyakini para pendulang emas yang dibunuh dalam penyerangan tersebut adalah para anggota militer Indonesia yang menyamar. “Pembunuhan tersebut dilakukan selama tiga hari berturut-turut hingga Selasa (8/4/2025) dan berhasil membunuh 11 orang anggota militer pemerintah Indonesia yang menyamar sebagai pendulang emas di wilayah operasi TPNPB,” ujar Sebby dalam keterangan tertulis yang diterima Republika di Jakarta, pada Selasa (8/4/2025).

Pada Kamis (10/4/2025) malam, Sebby kembali menyampaikan kabar tentang lima pendulang emas lainnya yang dibunuh oleh kelompok sayap bersenjata OPM di Kali Kabur, di Koroway, Yahukimo. Aksi pembunuhan para pendulang emas di Kali Kabur tersebut, kata Sebby juga dilakukan pada saat penyerangan Rabu (9/4/2025). 

Kata dia, alasan penyerangan yang dilakukan kelompoknya di Kali Kabur tersebut, pun seperti yang dilakukan di Sungai Silet.

“Lima yang dibunuh pasukan TPNPB di Kali Kabur tersebut anggota militer Indonesia yang menyamar sebagai penambang emas. Karena kerap kali melakukan pemantauan udara menggunakan kamera drone dari Kali Kabur ke Markas TPNPB, sehingga pasukan TPNPB langsung melakukan operasi dan berhasil eksekusi lima orang anggota militer Indonesia yang menyamar sebagai penambang emas,” ujar Sebby. “Jika militer Indonesia mau kejar kami, silakan datang ke markas kami,” sambung dia.

Pemerintah Indonesia mengutuk keras aksi kelompok separatis bersenjata Papua Merdeka yang melakukan pembantaian terhadap para sipil penambang emas di Yahukimo, Papua Pegunungan. Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Budi Gunawan menegaskan penyerangan yang menyebab 11 korban jiwa tersebut merupakan aksi terorisme yang tak memiliki rasa kemanusian. Pemerintah, pun memerintahkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk segera mengevakuasi para korban, dan meningkatan status keamanan di Bumi Cenderawasih.

“Pemerintah mengutuk keras kekerasan yang terjadi di Yahukimo yang mengakibatkan tewasnya 11 orang oleh oknum bersenjata di Papua. Tragedi ini menunjukkan pelaku tidak memiliki rasa kemanusian dan melakukan pembunuhan sadis dan sporadis,” begitu kata Menko Budi dalam siaran pers yang diterima wartawan di Jakarta, Kamis (10/4/2025). “Aksi teror yang dilakukan tersebut membuat masyarakat ketakutan untuk beraktivitas,” sambung dia. Menko Budi mengaku sudah menerima seluruh laporan terkait dengan penyerangan yang dilakukan kelompok bersenjata itu.

Dikatakan dia, penyerangan tersebut dilakukan terhadap para pendulang emas dan terjadi sepanjang tiga hari dari 5 sampai 8 April 2025. Setelah menerima laporan tersebut, Menko Budi mengaku melakukan rapat koordinasi (rakor) dengan seluruh otoritas bidang politik dan keamanan untuk mengambil langkah yang responsif. Rakor menyertakan Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Kemenko Polkam), dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), TNI dan Polri, serta Badan Intelijen Negara (BIN), juga Kemenko PMK, KSP, dan PCO.

Dari rakor tersebut kata Budi Gunawan, langkah prioritas adalah memastikan proses evakuasi para korban dan memulangkannya ke keluarga. Dan kata dia, proses evakuasi sudah mulai berjalan meskipun ada kendala geografis medan yang sulit ke lokasi peristiwa penyerangan, pun masalah cuaca. Dan kata Menko Budi rakor juga memutuskan untuk melakukan peningkatan pengamanan di wilayah-wilayah rawan di Papua. Peningkatan status keamanan tersebut dikatakan untuk memberikan jaminan keamanan kepada seluruh masyarakat di Bumi Cenderawasih yang dikatakan saat ini dalam kondisi ketakutan akibat penyerangan-penyerangan kelompok separatis.

“Pemerintah akan terus melakukan peningkatan pengamanan di daerah-daerah rawan di Papua agar masyarakat dapat segera beraktivitas normal kembali, serta meminta dukungan dari seluruh elemen masyarakat di Papua untuk tidak memberikan ruang terhadap pihak-pihak yang melakukan kekerasan di Papua,” kata Budi Gunawan. Kata dia melanjutkan, pemerintah memastikan aparat keamanan di Papua memberikan perlindungan terhadap seluruh masyarakat. Dan memastikan adanya penegakan hukum terhadap para pelaku-pelaku terorisme di Tanah Papua. “Pemerintah berkomitmen tidak memberikan ruang bagi para pelaku teror, serta terus melakukan penegakan hukum kepada pihak-pihak yang terlibat,” kata Menko Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement