Jumat 14 Feb 2025 07:24 WIB

Pesan Tegas Korut ke Donald Trump: Nuklir Dirancang untuk Tempur Bukan Alat Tawar Menawar

Kim Jong Un menuding AS sebagai dalang keributan dunia.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menghadiri upacara penandatanganan bilateral di kediaman kenegaraan Kumsusan di Pyongyang, Korea Utara, 19 Juni 2024. Presiden Rusia sedang melakukan kunjungan kenegaraan ke Korea Utara dari tanggal 18-19 Juni atas undangan pemimpin Korea Utara. Putin terakhir mengunjungi Korea Utara pada tahun 2000, tak lama setelah pelantikan pertamanya sebagai presiden.
Foto: EPA-EFE/KRISTINA KORMILITSYNA
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menghadiri upacara penandatanganan bilateral di kediaman kenegaraan Kumsusan di Pyongyang, Korea Utara, 19 Juni 2024. Presiden Rusia sedang melakukan kunjungan kenegaraan ke Korea Utara dari tanggal 18-19 Juni atas undangan pemimpin Korea Utara. Putin terakhir mengunjungi Korea Utara pada tahun 2000, tak lama setelah pelantikan pertamanya sebagai presiden.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemerintah Korea Utara (Korut)  mengatakan senjata nuklirnya dirancang untuk keperluan tempur, bukan 'alat tawar-menawar' di tengah ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea.

Pyongyang mengatakan dalam komentar yang dipublikasikan oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) yang dikelola pemerintah. Pemerintahan pimpinan Kim Jong Un ini menegaskan, kekuatan nuklirnya bukan untuk dinegosiasikan tetapi untuk keperluan tempur.

Baca Juga

Pernyataan ini merupakan reaksi setelah Amerika Serikat mengatakan bahwa Washington akan mengupayakan denuklirisasi penuh Korea Utara, di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. "Kekuatan nuklir kami bukanlah sesuatu yang dapat diiklankan untuk mendapatkan pengakuan dari siapa pun dan bahkan bukan barang tawar-menawar yang dapat ditukar dengan beberapa sen," kata KCNA.

"Kekuatan nuklir negara kami digunakan untuk pertempuran konstan guna segera menyingkirkan segala upaya invasi oleh kekuatan musuh yang melanggar kedaulatan negara dan keselamatan rakyatnya serta mengancam perdamaian regional," tulisnya dalam bahasa Korea.

Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba, dalam konferensi pers dengan Presiden Trump pada Jumat pekan lalu mengatakan bahwa mereka menegaskan perlunya mengatasi program nuklir dan rudal Korut, yang menimbulkan ancaman serius bagi Jepang, AS, dan sekitarnya. "Jepang dan AS akan bekerja sama mengupayakan denuklirisasi penuh Korea Utara," kata dia.

Trump mengatakan, Washington akan menjalin hubungan dengan Korea Utara. Sementara, para pejabat NATO dan Uni Eropa menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan menerima Korea Utara sebagai negara berkekuatan nuklir. Korea Utara mengecam pernyataan tersebut sebagai hal yang "tidak masuk akal."

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement