Selasa 24 Sep 2024 07:19 WIB

Pramono-Rano Janji Perbaiki Tata Kelola TIM Agar tak Dikeluhkan Seniman

Banyak seniman yang tak bisa berkarya di TIM karena kekurangan biaya.

Rep: Bayu Adji Prihammanda / Red: Erik Purnama Putra
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo-Rano Karno.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo-Rano Karno.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur (cagub-cawagub) DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo-Rano Karno, menyatakan siap untuk memperbaiki tata kelola Taman Ismail Marzuki (TIM) untuk kepentingan para seniman. Selama ini, banyak seniman mengeluhkan dan menilai, pengelolaan TIM terlalu berorientasi profit.

Cawagub DKI Jakarta Rano Karno mengaku telah paham dengan sejarah revitalisasi TIM yang ketika itu banyak dipertanyakan para seniman. Alhasil, dengan pengelolaan TIM di bawah BUMD DKI PT Jakarta Propertindo (Jakpro), banyak seniman yang tak bisa berkarya karena kekurangan biaya.

Baca Juga

"Dulu dipegang oleh pegang Dewan Kesenian Jakarta, di mana kalau kita tampil di sini ada harga-harga yang dalam tanda kutip harga khusus lah, sekarang ini tidak. Menjadi harga semua komersial kan?" kata Bang Doel, sapaan akrabnya, di kawasan TIM, Jakarta Pusat, Senin (23/9/2024).

Dia mencontohkan, beberapa waktu lalu, sempat menerima keluhan dari Ratna Riantiarno dari Teater Koma. Kepada Rano, Ratna mengeluhkan harga sewa gedung teater di TIM yang naik signifikan. Alhasil, Teater Koma harus menjual tiket dengan harga lebih mahal, yang dampaknya membuat penonton berkurang.

Menurut dia, permasalahan seperti itu harus dicari solusinya. Dengan begitu, kesenian di Jakarta dapat terus berkembang dan ditonton banyak orang. "Saya sangat yakin akan ketemu caranya agar TIM ini berjalan dan kesenian meningkat," kata Bang Doel.

Sementara itu, cagub DKI Jakarta Pramono Anung mengatakan, pengelolaan TIM harus juga melibatkan seniman. Artinya, Jakpro yang diberi mandat untuk pengelolaan TIM harus tetap mendengarkan aspirasi dari para seniman yang selama ini menghidupi TIM.

"Harus duduk bareng kemudian harus ada terobosan untuk memberikan proteksi bagi para seniman," kata mantan sekretaris kabinet (seskab) tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement