REPUBLIKA.CO.ID, BEIRING -- Serangan Hizbullah terhadap baterai Iron Dome Israel awal pekan ini memberikan pesan khusus buat otoritas Zionis. Menurut analis militer, pesan ini merupakan yang paling jelas sejak dimulainya permusuhan di perbatasan Israel-Lebanon tahun lalu.
Pada Rabu, kelompok Hizbullah Lebanon menyerang peluncur Iron Dome di Ramot Naftali, sekitar 3 km dari perbatasan Lebanon. Mereka lalu merilis rekaman yang menunjukkan sebuah drone atau pesawat berpeluru kendali terbang menuju sistem pertahanan udara.
Video penyerangan yang dipublikasikan pada Kamis, tidak menunjukkan apakah Iron Dome rusak atau hancur. Tentara Israel mengatakan, mereka tidak mengetahui adanya kerusakan pada peluncur Iron Dome miliknya.
Analis militer Mustafa Asaad mengatakan kepada Middle East Eye bahwa Hizbullah secara bertahap telah mengungkapkan sampel kecil senjata yang dimilikinya. Hizbullah seperti menyampaikan kepada Israel bahwa mereka bersedia memainkan sebuah 'permainan akhir' ketika saatnya diperlukan.
Selama konflik saat ini, yang berlangsung sejak 7 Oktober, Hizbullah telah mengerahkan tiga jenis rudal baru yang dipandu secara presisi, yang dikenal sebagai Almas, atau Diamond.
Almas direkayasa ulang berdasarkan rudal Spike Israel yang diperoleh selama perang Israel-Lebanon pada 2006. "Peluru ini dikembangkan oleh Iran," kata Asaad.
Rudal Almas dapat mengunci targetnya sejak awal atau dipandu dari jarak jauh oleh operator dengan presisi tinggi.
Menurut pusat penelitian Israel, Almas menimbulkan tantangan serius terhadap sebagian besar sasaran yang tidak bergerak dan bergerak di wilayah perbatasan.