Senin 18 Aug 2025 15:08 WIB

Israel Terbelah, Puluhan Ribu Warga Yahudi Menolak Pendudukan Gaza, PM Netanyahu 'Kebakaran Jenggot'

Demonstran meminta agar ada kesepakatan dan pembebasan sandera oleh Hamas.

Rep: Mg162/ Red: Teguh Firmansyah
Aksi ujuk rasa menuntut pemerintahan Benjamin Netanyahu mengakhiri agresi militer Israel di Gaza, Ahad (18/8/2025).
Foto: AP Photo/Mahmoud Illean
Aksi ujuk rasa menuntut pemerintahan Benjamin Netanyahu mengakhiri agresi militer Israel di Gaza, Ahad (18/8/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pergerakan terhadap rezim Benjamin Netanyahu terus terjadi di tubuh dalam negeri Israel.  Tel Aviv menjadi pusat salah satu aksi protes terbesar sejak perang Gaza meletus pada Oktober 2023.

Puluhan ribu orang memadati alun-alun yang dikenal sebagai Hostage Square pada Minggu malam, menyerukan diakhirinya perang serta pembebasan para sandera.

Baca Juga

Aksi ini merupakan puncak dari gelombang protes nasional dan mogok kerja yang digelar sepanjang hari. “Bawa mereka semua pulang! Hentikan perang!” teriak massa yang memenuhi alun-alun.

Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang, penggagas aksi ini, memperkirakan sekitar 500.000 orang hadir di Tel Aviv, meski angka itu belum dikonfirmasi polisi.

“Kami menuntut kesepakatan yang komprehensif dan realistis, serta diakhirinya perang,” kata Einav Zangauker, ibu dari Matan—seorang sandera—dan tokoh utama gerakan ini.

“Kami hanya menuntut apa yang memang hak kami: anak-anak kami. Pemerintah Israel telah mengubah perang yang awalnya dianggap adil menjadi perang yang sia-sia.”

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement