REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah rekaman audio kontroversial eks kepala intelijen militer Israel bocor. Di rekaman terdengar, ia mengatakan bahwa kematian puluhan ribu warga Palestina di Gaza diperlukan dan dibutuhkan untuk generasi mendatang.
"Untuk semua yang terjadi pada 7 Oktober, untuk setiap satu orang korban pada 7 Oktober, 50 warga Palestina harus mati," kata Mayor Jenderal Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Aharon Haliva dalam rekaman yang dirilis oleh stasiun berita Channel 12 Israel pada Jumat dan dilansir CNN, Ahad. "Sekarang, tidak masalah jika mereka anak-anak."
"Fakta bahwa sudah ada 50 ribu orang yang tewas di Gaza diperlukan dan dibutuhkan untuk generasi mendatang," kata Haliva dalam rekaman tersebut.
Tidak jelas kapan ia berbicara, tetapi jumlah korban tewas di Gaza melampaui 50 ribu pada Maret.
"Tidak ada pilihan — sesekali, mereka butuh Nakba agar bisa merasakan akibatnya," kata Haliva.
Nakba, atau 'bencana' dalam bahasa Arab, adalah peristiwa penting dalam sejarah Palestina ketika sekitar 700 ribu warga Palestina diusir dari rumah mereka oleh kelompok-kelompok Yahudi bersenjata pada 1948 saat berdirinya Israel.
Haliva menjabat sebagai kepala intelijen militer Israel pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangan di Israel selatan.
Ia mengundurkan diri dari jabatannya pada April 2024 karena rasa tanggung jawab kepemimpinannya. Ini menjadikannya perwira senior IDF pertama yang mundur.
Rekaman panjang tersebut tampaknya berasal dari percakapan panjang dengan Haliva, tetapi Channel 12 tidak mengidentifikasi orang yang berbicara dengan pensiunan perwira tersebut.
Klaim utama Haliva dalam rekaman tersebut adalah bahwa militer Israel bukanlah satu-satunya organisasi yang bertanggung jawab atas kegagalan yang menyebabkan serangan 7 Oktober.
Ia menyalahkan kepemimpinan politik Israel dan Shin Bet, badan keamanan dalam negeri, karena meyakini Hamas tidak akan melakukan serangan.
View this post on Instagram