Selasa 05 Dec 2023 22:16 WIB

Literasi Meningkat, Peringkat Indonesia pada PISA 2022 Naik

Peningkatan peringkat PISA ini menjadi pencapaian tertinggi bagi Indonesia.

Anak SD (ilustrasi). Peringkat hasil belajar literasi Indonesia pada Program for International Student Assessment (PISA) 2022 naik lima sampai enam posisi dibandingkan 2018.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Anak SD (ilustrasi). Peringkat hasil belajar literasi Indonesia pada Program for International Student Assessment (PISA) 2022 naik lima sampai enam posisi dibandingkan 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan peringkat hasil belajar literasi Indonesia pada Program for International Student Assessment (PISA) 2022 naik lima sampai enam posisi dibandingkan 2018. Peningkatan ini menjadi pencapaian tertinggi bagi Indonesia.

"Peningkatan ini merupakan capaian paling tinggi secara peringkat (persentil) sepanjang sejarah Indonesia mengikuti PISA," kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim di Jakarta, Selasa (5/12/2023).

Baca Juga

Secara rinci, untuk literasi membaca, peringkat Indonesia di PISA 2022 naik lima posisi dibanding sebelumnya. Untuk literasi matematika, peringkatnya juga naik lima posisi, sedangkan untuk literasi sains naik enam posisi.

Nadiem mengatakan peningkatan peringkat ini menunjukkan ketangguhan sistem pendidikan Indonesia dalam mengatasi hilangnya pembelajaran (learning loss) akibat pandemi. Peningkatan posisi Indonesia pada PISA 2022 mengindikasikan resiliensi yang baik dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Skor literasi membaca internasional di PISA 2022 rata-rata turun 18 poin. Sedangkan skor Indonesia mengalami penurunan sebesar 12 poin yang merupakan penurunan dengan kategori rendah dibandingkan negara-negara lain.

Nadiem menjelaskan peringkat PISA Indonesia naik karena relatif kecilnya learning loss. Menurutnya, itu mencerminkan ketangguhan para guru dengan didukung berbagai program penanganan pandemi dari Kemendikbudristek.

Salah satu faktornya adalah adanya akses daring untuk pembelajaran siswa melalui bantuan kuota internet diberikan pada lebih dari 25 juta murid dan 1,7 juta guru agar dapat mengakses materi. Faktor lain adalah pelatihan guru yang disediakan oleh Kemendikbudristek melalui Platform Merdeka Mengajar disertai adanya materi pembelajaran secara daring dan hibrida (hybrid).

Terobosan yang tak kalah penting adalah pemberlakuan Kurikulum Darurat yang menyederhanakan materi kurikulum agar guru dapat fokus pada pembelajaran yang lebih mendalam, terutama untuk penguatan literasi dan numerasi peserta didik. Menurut Nadiem, penyederhanaan materi kurikulum efektif memitigasi learning loss karena sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat mengalami satu bulan learning loss dibanding lima bulan di sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 secara penuh.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement