Sabtu 21 Oct 2023 19:24 WIB

Pengamat: Dulu Golkar Kaya Kader Hebat, Sekarang tak Bisa Usung Capres/Cawapres Sendiri

Terakhir Golkar mengusung kader sendiri yakni pada Pemilu 2004.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Teguh Firmansyah
Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka usai menerima hasil Rapimnas II Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Sabtu (21/10/2023). Rapimnas II Partai Golkar tersebut mengusulkan pasangan Bakal calon Presiden dan Wakil presiden pada pilpres 2024 yaitu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Foto: Republika/Prayogi
Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka usai menerima hasil Rapimnas II Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Sabtu (21/10/2023). Rapimnas II Partai Golkar tersebut mengusulkan pasangan Bakal calon Presiden dan Wakil presiden pada pilpres 2024 yaitu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, menilai Partai Golkar sebagai salah satu partai senior kini terlihat gagal dalam melakukan kaderisasi kepemimpinan.  Menurut Najmuddin, harusnya Golkar yang masih eksis sebagai partai papan atas lebih mengedepankan kader dari partai sendiri untuk menjadi capres maupun cawapres.

"Sudah lama sekali Golkar tidak mengusung kader sendiri sebagai capres maupun cawapres. Padahal ini partai besar dan sudah punya pengalaman panjang," kata Najmuddin, kepada Republika.co.id, Sabtu (21/10/2023).

Baca Juga

Golkar hari ini mendeklarasikan nama kader PDIP yang merupakan putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto. Sebelumnya Golkar juga sudah memastikan mendukung Prabowo sebagai capres. Di mana diketahui Prabowo adalah ketua umum Partai Gerindra.

Najmuddin mengingat terakhir kali kader Golkar maju di Pilpres adalah pada Pemilu 2009 lalu saat mencalonkan Jusuf Kalla sebagai capres. Kala itu JK berpasangan dengan Ketua Umum Hanura, Wiranto.

Setelah itu di Pemilu 2014, Golkar yang diketuai Aburizal Bakrie gagal mengusung kader internal Golkar sebagai capres. Mereka mendukung Prabowo yang kala itu berpasangan dengan Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa.

Setelah itu Pemilu 2019, Golkar masuk ke dalam barisan pengusung Joko Widodo dan Ma'ruf Amin. Jokowi adalah kader PDIP dan Ma'ruf adalah representasi dari ulama dan ormas Nahdlatul Ulama.

Harusnya di Pemilu 2024 ini menurut Najmuddin, sudah saatnya Golkar menonjolkan kadernya untuk menjadi capres atau cawapres. Tapi hal itu gagal dilakukan. Capres yang digadang-gadang Golkar sebelumnya yakni Ketum, Airlangga Hartarto tidak mampu meningkatkan elektabilitas menyaingi Prabowo, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

Untuk menjadi cawapres pun, Golkar tidak memiliki daya tawar ketimbang nama-nama lain yang beredar."Ini adalah kegagalan kaderisasi Golkar. Padahal selama ini kita tahu Golkar adalah partai kader," ujar Najmuddin.

Najmuddin mengingatkan pada Pemilu 2004 silam, kala itu Golkar harus mengadakan konvensi internal partai untuk menjadi capres. Alasannya karena terlalu banyak kader potensial maju sebagai capres. Mereka yang ikut konvensi Golkar 2004 adalah Akbar Tanjung, Wiranto, Surya Paloh, Prabowo Subianto dan Tommy Soeharto.

Nama-nama peserta konvensi Golkar 2004 itu dinilai Najmuddin sekarang telah menghiasi panggung utama politik nasional dalam beberapa dekade terakhir walau sudah dengan partai masing-masing.

"Dulu betapa kayanya Golkar dengan kader hebat. Sekarang mereka tak dapat usung capres maupun cawapres," kata Najmuddin menambahkan.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement