Kamis 28 Sep 2023 16:30 WIB

Anak Kolonel TNI AU yang Tewas di Lanud Halim Masih Bernapas Saat Terbakar

KorbanCHR ditemukan dengan kondisi terbakar 91 persen dan ada luka tusukan di dada.

Rep: Ali Mansur/ Red: Erik Purnama Putra
Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Polri, Brigadir Jenderal (Brigjen) Hariyanto (kanan).
Foto: Antara
Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Polri, Brigadir Jenderal (Brigjen) Hariyanto (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak seorang kolonel TNI AU berinisial CHR (16 tahun), yang ditemukan dalam kondisi mengenaskan di Pos Spion Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur (Jaktim), diduga masih hidup saat terbakar. Korban ditemukan dengan kondisi terbakar 91 persen dan ada luka tusukan di dada.

Jasad CRH ditemukan dalam kondisi terbakar di Pos Spion (ujung landasan 24) Lanud Halim Perdanakusuma pada Ahad (24/9) sekitar pukul 19.40 WIB. Korban merupakan seorang anak perwira menengah (pamen) yang tinggal dan bersekolah di asrama Lanud Halim Perdanakusuma.

"Korban terbakar masih hidup," ujar Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Polri, Brigadir Jenderal (Brigjen) Hariyanto kepada awak media di Jakarta, Kamis (28/9/2023). Namun begitu, Hariyanto tidak mengetahui apakah korban meninggal karena dibakar atau terbakar.

Dia menyerahkan hal tersebut ke penyidik Polres Metro (Polrestro) Jaktim yang menangani kasus tersebut. Termasuk, apakah luka tusukan tersebut akibat dari penganiayaan atau bukan.

Pasalnya, hal itu sudah menjadi materi penyidik. Meski ditemukan dalam kondisi 91 persen terbakar, sambung dia, korban dipastikan masih sempat bernapas. Sehingga asap bakaran itu sempat terhirup oleh korban.

"Cela napasnya ada jelaga, di sana. Artinya sebelum meninggal full dia sempat menghirup udara bakaran itu. Jadi ada di rongga pernapasannya," ungkap Hariyanto.

Dalam kasus itu, kepolisian masih terus menyelidiki kasus penemuan jasad CHR. Untuk mengungkap penyebab pasti kematian CHR, penyidik telah memerika belasan kamera rekaman CCTV di tempat kejadian perkara (TKP) dan lokasi sekitarnya.

"Pengecekan terhadap 11 titik CCTV yang sudah diidentifikasi di sekitar TKP dan tujuh titik CCTV tambahan, jadi total ada 18 CCTV," kata Kepala Polrestro Jaktim, Kombes Leonardus Harapantua Simarmata.

Selain itu penyidik juga melakukan pemeriksaan terhadap wali kelas korban, guru BK, dan juga teman sekelas korban. Namun, hingga saat ini penyidik belum dapat meminta keterangan dari orang tua korban karena masih trauma.

Tim penyidik Polrestro Jaktim terus bersinergi dengan Satpom Lanud Halim Perdanakusuma, dan Subdit Jatanras Dirkrimum Polda Metro Jaya untuk mengungkap kasus itu. "Melakukan penyelidikan secara intensif, profesional, dan transparan, dengan menggunakan metode scientific crime investigation," kata Leonardus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement