REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) membuka hasil penyelidikan, dan investigasi kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yoshua (J) di rumah dinas Inspektur Jenderal (Irjen) Ferdy Sambo. Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik mengungkapkan, ada sejumlah fakta baru, terutama menyangkut soal kronologis peristiwa, sebelum Brigadir J tewas dalam insiden, yang disebut adu tembak dengan Bhayangkara Dua Richard Eliezer (Bharada E), Jumat (8/7) di Duren Tiga, Jakarta Selatan (Jaksel).
Taufan mengatakan, dari penelusuran tim investigasi di Komnas HAM, keberadaan Irjen Sambo, sebelum hari nahas, Jumat (8/7), berada di Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Dalam rangka tugas persisnya, pada Senin (4/7), Irjen Sambo mengantarkan anaknya, ke Sekolah Taruna Nusantara di Magelang. Pada Rabu (6/7), dan Kamis (7/7), Irjen Sambo bersama isterinya, Putri Candrawathi Sambo, merayakan hari jadi pernikahan di Magelang, Jateng.
Taufan mengungkapkan, penelusuran terbaru yang didapatkan oleh Komnas HAM, diketahui Irjen Sambo, dari Magelang, pulang ke Jakarta via Yogyakarat. Irjen Sambo kembali ke Jakarta, menggunakan pesawat terbang.
“Ini sekaligus meralat pemberitaan yang selama ini menyebutkan Pak Sambo, pulang dari Magelang ke Duren Tiga (Jakarta) dengan rombongan mobil, bersama-sama rombongan Bu Putri, dan ajudannya,” begitu kata Taufan.
Komnas HAM, kata Taufan, sudah mendapatkan validasi kepulangan dengan pesawat ke Jakarta, melalui manifes. “Data terbaru yang kami dapatkan, akurat dengan bukti-bukti tiket, dan macam-macan itu, kami mendapatkan kepastian dia (Irjen Sambo) pulang ke Jakarta dengan pesawat jam 7 pagi,” ujar Taufan.
Dalam perjalanan pesawat tersebut, kata Taufan, Irjen Sambo ditemani oleh satu ajudannya, yang bernama Deden. Tiba di Jakarta, kata Taufan, Irjen Sambo tak langsung kembali ke rumahnya di Duren Tiga. Namun, ke Mabes Polri, di kawasan Trunojoyo, di Kebayoran Baru.
“Kebenaran atau tidaknya soal ini, yang jelas informasi yang kita dapatkan dia itu ke Mabes Polri,” begitu kata Taufan menerangkan.
Sementara Irjen Sambo sudah tiba di Jakarta, pada Kamis (7/7), rombongan Putri Sambo, bersama para ajudannya, masih berada di Magelang, bersama Brigadir J, dan juga Bharada E, serta sejumlah asisten rumah tangga (ART).
Pindah hari, ke Jumat (8/7), Taufan mengatakan, tim penyelidikannya menemukan fakta dari sejumlah rekaman video CCTV. Kata dia, rombongan Putri Sambo, bersama Bharada E, Brigadir J, dan ajudan Irjen Sambo lainnya, bernama Ricky, mengendarai mobil dari Magelang, menuju pulang ke Jakarta.
Dalam rombongan tersebut, juga terdapat sejumlah ART yang juga ikut. Taufan mengungkapkan, rombongan Putri Sambo itu, tiba di rumah pribadi di Saguling Tiga, Jaksel, sekitar pukul setengah empat sore, atau sekitar 15.30 WIB.
Tiba di rumah tinggal tersebut, kata Taufan, ada rekaman CCTV yang menunjukkan Irjen Sambo sudah berada di lokasi kedatangan rombongan isterinya itu. Di rekaman tersebut, semua rombongan Bu Putri, melakukan tes PCR Covid-19.
“Beberapa menit sebelum rombongan (Putri Sambo) tiba, ada Pak Sambo, masuk bersama ajudannya, Deden tadi, bersama petugas PCR. Jadi kayaknya, mereka sudah menyiapkan petugas PCR karena rombongan Ibu Putri mau datang,” terang Taufan.
Irjen Sambo, bersama ajudan Deden, dan petugas PCR, terekam masuk ke dalam ruma pribadi itu. Kemudian, kata Taufan, ada juga rekaman CCTV yang menayangkan Irjen Sambo masuk menuju ruangan istirahat.
“Nah kemudian, kira-kira tiga menit setelah itu, masuklah rombongan Ibu PC (Putri) tadi. Di situ ada Bharada E, ada Yosua (J), ada ART, dan beberapa orang mendampingi,” ujar Taufan.
Di rekaman CCTV, juga terekam beberapa orang lain, dalam waktu yang sama, gotong royong menurunkan barang-barang dari mobil rombongan Putri Sambo. “Kelihatan di situ, Bharada E, Brigadir J, menurunkan barang-barang dari mobil,” kata Taufan.
Selanjutnya, dikatakan dia, setelah urusan menurunkan barang selesai, Putri Sambo melakukan tes PCR. “Jadi PCR itu, dilakukan di belakang rumah. Di rumah pribadi. Bukan di rumah dinas. Rumah pribadi itu di Saguling III. Rumah dinas itu, di Duren Tiga,” begitu kata Taufan.
Para ART, Bharada E, Brigadir J, juga berurutan melakukan tes PCR di tempat yang sama. Setelah semuanya melakukan tes PCR, masing-masing, pun rehat melakukan aktivitas.
“Para krunya, ART, ADC (ajudan), dan lain-lain, berada di depan rumah (pribadi),” kata Taufan.
Namun, bukti rekaman CCTV terkait keberadaan para ART, dan ajudan di depan rumah tersebut, tak ada. “Jadi ini, hanya keterangan mereka saja saat kita minta keterangan,” kata Taufan.
Masih menurut keterangan dari hasil pemeriksaan, kata Taufan, posisi Putri Sambo pada saat itu, berada di dalam kamar pribadi. Akan tetapi, kata Taufan, tak ada informasi tentang bersama siapa Putri Sambo di dalam kamarnya itu.
Meski tak mendapatkan rekaman CCTV tentang aktivitas para ajudan, termasuk Bharada E, dan Brigadir J, dan ajudan lainnya yang sedang beraktivitas di depan rumah pribadi Irjen Sambo.
Namun, kata Taufan, tim penyelidikan Komnas HAM, memverifikasi situasi tersebut, lewat bukti adanya percakapan via telefon antara Brigadir J, dengan pacarnya bernama Vera. “Telepon itu (antara Brigadir J dan Vera), terjadi pukul 16.31 WIB,” terang Taufan.
Kata Taufan, hasil permintaan keterangan tim Komnas HAM kepada Vera di Jambi, disebutkan adanya terdengar suara-suara orang tertawa-tawa, menjadi latar suara obrolan Brigadir J dengan Vera.
“Jadi Yoshua itu, lagi kumpul-kumpul dengan teman-temannya sesama ADC (ajudan), dan ART di depan rumah (tinggal),” ujar Taufan.
Fakta serupa, kata Taufan, juga didapat dari keterangan para ajudan, dan ART yang pernah diperiksa di Komnas HAM. Taufan melanjutkan, rentang waktu ketibaan Putri Sambo di rumah tinggal, dan momen tertawa-tawa itu, tak sampai selama satu jam.
Karena, dalam rentang waktu tersebut, para ajudan, dan ART, juga menyiapkan diri untuk berpindah tempat ke rumah dinas di Duren Tiga. Keberadaan rumah tinggal, dan rumah dinas Irjen Sambo ini, memang berbeda tempat.
Jaraknya, tak sampai satu kilometer (Km), tapi berbeda kompleks. Dalam persiapan menuju rumah dinas itu, sekitar pukul 17:01 WIB, semua yang ada di rumah tinggal, menuju ke mobil.
“Mereka menuju ke rumah dinas itu, yang kita sebut selama ini sebagai TKP (tempat kejadian perkara),” ujar Taufan.
Akan tetapi, kata Taufan, belum ada bukti, dan penjelasan dalam bentuk apapun, bahwa Irjen Sambo ikut dalam rombongan menuju rumah dinas tersebut. Yang ada, kata Taufan, bukti rekaman CCTV yang memperlihatkan Irjen Sambo keluar dari rumah tinggal.
“Beberapa menit kemudian (setelah rombongan Putri Sambo ke rumah dinas), ada terlihat Pak Sambo keluar rumah (tinggal),” ujar Taufan.
Namun, kata Taufan, tak ada penjelasan menuju kemana Irjen Sambo keluar rumah tersebut. Sebab, dikatakan dia, bukti rekaman CCTV yang Komnas HAM dapatkan, berhenti pada momen saat Irjen Sambo keluar dari rumah tinggal tersebut. “Beberapa menit setelah dia (Irjen Sambo) jalan, CCTV itu, berhenti,” ujar Taufan.
Dalam rekaman CCTV yang lainnya, kata Taufan, kembali terekam mobil Irjen Sambo, yang datang menuju ke rumah pribadinya. Namun tak diketahui, kedatangan itu dari mana. “Tetapi, CCTV yang ini, nggak bisa menjelaskan apa-apa,” ujar Taufan.
Komnas HAM, kata Taufan, masih memegang keterangan dari penyidikan di kepolisian, yang menyatakan, keluarnya Irjen Sambo dari rumah pribadinya itu, juga sedang menuju ke rumah dinas, setelah Putri Sambo meneleponnya.
“Bahwa katanya, dia menuju ke rumah dinas itu, karena isterinya menelefon tentang adanya kejadian itu (tembak-menembak). Tetapi, kami sampaikan, itu versi penyidik (Polisi),” ujar Taufan.
Taufan melanjutkan, penyelidikan Komnas HAM juga mendapatkan rekaman CCTV yang memperlihatkan Putri Sambo, kembali dari rumah dinas ke rumah pribadi. “Dalam CCTV itu, terlihat wajahnya (Putri Sambo), seperti menangis. Dia didampingi ada satu atau dua orang di belakangnya,” ujar Taufan.
Dalam CCTV tersebut, juga memperlihatkan mobil Provos, dan mobil Patroli, hilir mudik. Pada jam tujuh petang, atau sekitar pukul 19-an, kata Taufan, rekaman CCTV lain juga memperlihatkan tayangan mobil ambulans.