Rabu 24 Mar 2021 15:46 WIB

Selama Covid-19, Angka Temuan TB Turun Drastis

Menkes mensinyalir turunnya temuan TB karena penderita takut ke puskesmas

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mensinyalir turunnya temuan TB karena penderita takut ke puskesmas
Foto: Antara/Moch Asim
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mensinyalir turunnya temuan TB karena penderita takut ke puskesmas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 di Tanah Air lebih dari setahun belakangan menimbulkan beberapa dampak. Diantaranya temuan penyakit angka kasus tuberkulosis (TB) di Tanah Air sangat menurun.

"Saya memperhatikan 2020 atau selama masa pandemi Covid-19, angka temuan TB sangat menurun drastis," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat mengisi konferensi virtual Puncak Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2021 di channel Youtube Kemenkes, Rabu (24/3).

Ia menambahkan, fenomena ini terjadi mungkin karena masyarakat termasuk pasien TB takut keluar rumah. Ini seperti yang disampaikan salah satu penderita TB yang takut ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), takut tertular Covid-19 sehingga penanganan TB mengalami penurunan yang cukup drastis di tahun ini.

Untuk mengatasi masalah ini, Budi meminta belajar dari pengalaman menangani pandemi Covid-19, ia percaya bahwa Kemenkes harus melakukan tindakan promotif dan preventif di bidang TB. Preventif jadi hal yang penting karena upaya ini jauh lebih murah, sedangkan kuratif lmemang urgen dilakukan namun jadi lebih mahal.

Oleh karena itu, ia meminta upaya promotif bersifat lebih masif sedangkan kuratif lebih sedikit. "Jadi, bapak ibu di Kemenkes akan mencoba melakukan langkah yang lebih agresif untuk bisa menurunkan TB. Mulai dari beberapa hal yang kami pelajari yaitu mendapatkan kualitas data, digitalisasi laporan yang jauh lebih baik," ujarnya.

Ia menambahkan, Covid-19 mendidik pihaknya bagaimana data bisa menjadi masalah kalau jajarannya tidak rapi mengumpulkan data, meminta laporan, meminta semua laboratorium untuk memasukkan datanya. Selain itu, pihaknya jiga meminta semua rumah sakit milik pemerintah dan puskesmas maupun klinik-klinik memasukkan data.

Upaya ini harus dilakukan karena pihaknya tidak akan memiliki informasi yang lengkap untuk mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan yang tepat. "Jadi satu langkah memperbaiki data TB harus kami lakukan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement