Menurutnya, pelatihan petugas tracing tersebut bisa dilakukan melalui daring, dan untuk pelaksanaan di lapangan bisa dibantu oleh masing- masing Babinsa, Babinkamtibmas serta satgas Jogo Tonggo.
Setiap wilayah desa prioritas (zona merah dan oranye) setidaknya harus memiliki tiga tim tracing dan setiap tim idealnya memiliki tiga orang anggota. Sebelum pelaksanaan tim tracing tersebut bakal diberikan pembekalan.
“Kita bekali mereka dengan teknis bagaimana tracing, bagaimana mencegah infeksi, pembekalan logistik rapid tes antigen, kemudian alat pelindung diri (APD) dan lain sebagainya,” ucap Yuli.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan telah mengklasifikasikan dan memetakan zonasi berdasarkan risikonya. Berdasarkan pemetaan tersebut kabupaten/ kota dengan risiko tinggi di Jawa Tengah ada 5 dan sisanya (30 daerah) terklasifikasi risiko sedang.
Sedangkan untuk pemetaan zonasi kecamatan risiko tinggi sebanyak 25 kecamatan, risiko sedang 475 kecamatan, risiko rendah 58 kecamatan. “Sisanya sebanyak 18 tidak ditemukan kasus Covid-19," ungkap dia.
“Kalau peta zonasi kelurahan/ desa ada 158 kelurahan/ desa dengan zona risiko tinggi, 2.468 desa/ kelurahan risiko sedang dan 1.275 desa/ kelurahan risiko rendah. Sementara sebanyak 4.671 kelurahan/ desa tidak ditemukan kasus Covid-19,” tutur dia menambahkan.