Senin 29 Jun 2020 21:27 WIB

PDIP: Jangan Adu Domba Umat Islam dengan Kelompok Nasionalis

Politikus PDIP ingatkan jangan adu domba umat Islam dengan kelompok nasionalis

Rep: Ali Mansur/ Red: Bayu Hermawan
Muchamad Nabil Haroen (tengah)
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Muchamad Nabil Haroen (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus PDI Perjuangan, Muchamad Nabil Haroen menyoroti demonstrasi Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang berujung pada pembakaran bendera partainya. Ia mengingatkan jangan sampai ada upaya memecah belah bangsa dan mengadu domba umat Islam dengan kelompok nasionalis. 

Nabil menegaskan, bendera itu simbol kehormatan dan jati diri. Ia juga yakin orang-orang yang melakukan aksi provokasi itulah yang membawa bendera PKI dan membakarnya bersama bendera PDI Perjuangan itulah yang memiliki aksi tersembunyi. 

Baca Juga

"Pihak kepolisian harus berani menangkap para provokator tersebut," tegas Nabil dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Senin (29/6).

Nabil mengklaim, Nahdliyyin dan kelompok Soekarnois itu saudara. Keduanya sama-sama berjuang mendirikan Republik Indonesia. Karena itulah mengapa Bung Karno sangat dekat dengan NU, demikian halnya PDI Perjuangan. Kata Nabil, Soekarno juga mendapat pengukuhan dari NU sebagai waliyyul amri ad-dharuri bis-syaukah. Yakni, pemimpin negara di masa transisi yang punya legitimasi untuk memimpin bangsa.

"Bung Karno juga dikukuhkan sebagai Pahlawan Islam melalui Konferensi Islam Asia Afrika pada 6-14 Maret 1965 di Bandung. Tanpa dukungan, Soekarno tidak akan ditemukan makam Imam Buchori di kawasan Uzbekistan, yang saat itu berada di wilaya Soviet yang dipimpin Nikita Krushchev," ujar Nabil.

Selain itu, menurut Nabil, banyak membantu kemerdekaan bangsa Islam seperti Aljazair, Palestina, dan kemudian juga pembela kemerdekaan Pakistan. Jadi, Nabil menegaskan, jangan sampai ada yang memutar balikkan sejarah. Kalau mereka terus memecah belah bangsa, mereka melawan demokrasi dan konsesus kebangsaan, harus ada tindakan tegas melawan itu.

"Jangan sampai mengimpor konflik Timur Tengah ke Indonesia. Ada sekelompok orang yang meniru cara-cara devide at impera. Kita tahu, HTI telah dibubarkan di banyak negara, termasuk mayoritas negara Islam," ujar Nabil.

Di belakang HTI, sambung Nabil, ada kepentingan asing yang menyamar gunakan agama. Jadi yang harus kita lawan intrik politik dari HTI. Waspadai partai dan kelompok tertentu yang menggunakan narasi, simbol dan manuver intrik politik dari HTI.

Selanjutnya, terkait Komitmen kebangsaan. Menurut Nabil, kelompok Soekarnois dan PDI Perjuangan telah menunjukkan komitmennya bersama Nahdlatul  Ulama, terbukti dengan gerakan bersama wakil Presiden KH Ma’ruf Amin yang berasal dari NU. 

"Ibu Megawati juga sangat membela Palestina dan menolak keras aksi unilateral Amerika Serikat terhadap Irak. Kita harus melihat catatan sejarah bangsa ini secara komprehensif," tutup Nabil. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement