REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Kabupaten Pegunungan Arfak didorong menjadi daerah sentra atau pusat penghasil kopi di Provinsi Papua Barat. Wilayah ini dinilai memiliki potensi cukup besar untuk pengembangan komoditas tersebut.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Papua Barat, Jacob Fonataba di Manokwari, Jumat (21/6), mengatakan, tanaman kopi cocok untuk daerah pegunungan. Terbukti, tanaman kopi yang ditanam para misionaris di daerah tersebut pada puluhan tahun silam mampu menghasilkan biji kopi dengan cita rasa lain.
"Ini kopi jenis arabika, kalau kita bandingkan dengan arabika dari daerah lain jauh berbeda. Cita rasanya khas Pegunungan Arfak," kata Fonataba.
Ia menjelaskan, Pemprov Papua Barat sudah mendorong pengembangan kopi di daerah yang juga kaya akan potensi pariwisata tersebut sejak tahun 2016 lalu. Pada tahun 2018 Dinas Tanaman Pangan kembali memprogramkan pembibitan kopi di daerah tersebut.
"Di tahun 2016 Dinas Perkebunan Papua Barat masih berdiri sendiri dan saat itu sudah dimulai pembibitan. Lalu tahun 2018 kami dropbibit dengan jumlah yang lebih besar dan penanaman pun lebih masif," kata dia lagi.
Tahun lalu, pihaknya mengadakan 20 ribu bibit kopi jenis arabika. Bibit tersebut dibagikan kepada petani di beberapa distrik.
"Tahun ini tidak ada, mudah-mudahan tahun depan bisa kembali diprogramkan," ujarnya.
Terkait produksi kopi di daerah itu, lanjut Jacob, Bank Indonesia siap membantu untuk mempromosikan hingga ke luar negeri. Saat ini ekspor belum bisa dilakukan karena produksi biji kopi di daerah tersebut belum bisa dilakukan dalam skala besar.
"Tanaman yang kini sudah berbuah itu kan hasil peninggalan para misionaris. Sekarang baru kita melakukan penanaman yang lebih masif, mudah-mudahan beberapa tahun ke depan bisa," katanya lagi.
Pemerintah Kabupaten Pegunungan Arfak saat ini sedang melakukan pendampingan kepada para petani. Itu dilakukan agar petani kopi mandiri dan memiliki orientasi pasar.