Jumat 03 Feb 2017 08:33 WIB

Ini Hasil Investigasi Runtuhnya Tangga Darurat Grand Kamala Lagoon

Rep: Kabul Astuti/ Red: Dwi Murdaningsih
Tangga darurat apartemen Grand Kamala Lagoon Bekasi roboh pada Rabu (4/1) pukul 01.00 WIB. Tumpukan material reruntuhan tangga darurat yang roboh mencapai 12 meter.
Foto: REPUBLIKA/Kabul Astuti
Tangga darurat apartemen Grand Kamala Lagoon Bekasi roboh pada Rabu (4/1) pukul 01.00 WIB. Tumpukan material reruntuhan tangga darurat yang roboh mencapai 12 meter.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG) Pemerintah Kota Bekasi merilis hasil investigasi peristiwa runtuhnya tangga darurat Tower North Emerald Apartemen Grand Kemala Lagoon Jalan KH Noer Ali, Pekayon Jaya, Bekasi Selatan yang menewaskan satu orang pekerja bernama Pajar Sidik (21 tahun) pada Rabu (4/1) lalu.

Ketua Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG) Kota Bekasi, Binsar Hariandja, mengatakan, dari hasil kajian data perencanaan dan laporan saksi mata di lapangan, TABG Kota Bekasi menyimpulkan runtuhnya tangga apartemen disebabkan oleh human error.

"Konstruksi tangga pracetak telah direncanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu mampu memikul beban mati berupa bobot sendiri dan superimposed, serta beban hidup, serta tidak disyaratkan untuk memikul beban tidak terduga seperti tumbukan," kata Binsar Hariandja kepada Republika.co.id, Kamis (2/1).

Polisi Selidiki Dugaan Kelalaian Apartemen Grand Kamala Lagoon

Menurut Binsar, runtuhnya komponen tangga lantai 31 diperkirakan karena kurangnya koordinasi para pekerja akibat gangguan cuaca, sehingga komponen tangga pracetak yang belum sempurna berada mantap pada kedudukan sudah lepas dari sling.

Lanjut Binsar, koordinasi ini juga menjadi lebih tidak sempurna manakala pada saat kejadian keruntuhan, pekerja 2, 3 dan 4 (korban) berada pada lantai 31, sementara pekerja 1 berada pada lantai 42 yang relatif sangat jauh dari lantai 31. Komponen pada lantai 31 yang sedang dipasang jatuh, kemudian menimpa komponen yang ada di bawahnya.

Karena komponen pracetak serta dudukan yang tidak direncanakan terhadap tumbukan, Binsar menjelaskan, komponen lantai 30 juga ikut runtuh. Bobot komponen lantai 31 dan lantai 30 kemudian menimpa komponen lantai 29, dan seterusnya akibat efek domino.

Sistem tangga sebagai komponen beton pracetak merupakan sub-struktur yang stress controlled, yaitu struktur yang sifat dan perilakunya sesuai dengan cara dan urutan pemasangan. Untuk sistem struktur semacam ini, menurut Binsar diperlukan SOP yang sangat ketat sehingga struktur aman pada setiap jenjang pemasangan.

"Keruntuhan bukan disebabkan salah desain, namun karena kondisi cuaca pada saat pekerja melakukan tugasnya secara dipaksakan pada saat kondisi cuaca dan kondisi fisik pekerja tidak mendukung," ujar Binsar.

Ketua TABG Kota Bekasi menegaskan, keruntuhan bukan akibat kesalahan perencanaan, melainkan gangguan cuaca yang mengakibatkan koordinasi yang kurangnya antarpekerja. Kejadian ini berdasarkan analisa TABG Kota Bekasi tidak mempengaruhi keamanan gedung apartemen secara keseluruhan.

"Intinya itu merupakan human error. Konstruksi kuat untuk menahan beban sendiri dan beban bergerak manusia, tapi tidak didesain untuk menahan beban tumbukan," kata Kepala Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan Dinas PUPR Kota Bekasi, Dzikron.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement