REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyebutkan sejumlah pesan penting yang tersirat dalam Aksi Superdamai 212 yang berlangsung Jumat (2/12). Kegiatan yang melibatkan jutaan umat Muslim di silang Monas Jakarta dan sekitarnya itu disebut menggugah kesadaran tertinggi dalam kehidupan kebangsaan.
"Aksi 212 patut diapresiasi tinggi, karena menunjukkan kematangan sikap dan keluhuran budi umat Islam di Indonesia," ujar Haedar.
Pria 58 tahun itu berbangga karena aksi yang ditunjukkan dengan aktivitas spiritual dalam wujud zikir, tausyiyah, dan shalat Jumat berjamaah tersebut berlangsung simpatik, sejuk, tertib, dan ramah. Gelora damai sangat terasa dari sikap peserta aksi, bahkan tidak ada satu helai tumbuhan pun yang terganggu.
Artinya, kata ia, aksi 212 semakin memperkuat dan membuktikan kepada publik bahwa umat Islam Indonesia memberi contoh membawa misi damai dalam kata dan tindakan. Hal itu sekaligus menjadi pesan ke publik bahwa tudingan berupa stigma negatif umat Islam yang garang, suka menimbulkan keributan, dan terkait dengan teror, sangat tidak tepat.
Keberhasilan aksi damai 212 itu disebutnya bukan hanya milik umat Islam, tetapi milik bangsa secara keseluruhan. Apabila kasus penistaan agama berujung hukuman setimpal sebagaimana tuntutan utama aksi damai, maka yang diuntungkan sesungguhnya seluruh umat beragama dan warga bangsa.
"Bahwa tidak boleh siapapun berkata dan berbuat sekehendaknya di negeri ini yang menodai agama dan melukai hati umat beragama. Ini juga menjadi pesan moral kepada aparat penegak hukum untuk menegakkan hukum dengan seadil-adilnya," ucapnya.
Selain itu, Haedar mengatakan bahwa pihak kepolisian, TNI, serta seluruh aparat keamanan layak memperoleh penghargaan karena mampu mengawal jalannya aksi secara damai dan tertib. Ia juga mengapresiasi warga Jakarta lain yang tidak ikut aksi karena menunjukkan kedewasaan dan toleransi tinggi.