REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik LIPI, Siti Zuhro menilai keberadaan seorang tokoh di partai baru bukan jaminan memperoleh banyak dukungan konstituen. Partai baru tidak mudah meraih simpati dari masyarakat untuk kemudian mendukungnya.
“Jadi ini mungkin harus dianalisis kritis dan proper karena tidak semua tokoh mendapatkan konstituen,” ujar Zuhro kepada Republika.co.id, Selasa (18/10).
Menurut Zuhro, pengalaman sebagai pemimpin menjadi modal minimal agar bisa mendapatkan konstituen. Terlebih, jika ditopang oleh dukungan media. Dia mencontoh apa yang dimiliki oleh ketua Umum Nasdem Surya Paloh.
Paloh, Zuhro menjelaskan, sudah memiliki basis dukungan karena sebagai mantan tokoh Partai Golkar tahun 2004-2009. Untuk itu, Zuhro menilai Paloh telah mengambil infrastruktur dari Partai Golkar.
“Artinya orang ini sudah punya dukungan yang bisa menjadi basisnya. Makanya dia mendirikan partai,” kata Zuhro.
Terkait partai baru, seperti Partai Perindo, Pertai Solidaritas Indonesia (PSI), dan Partai Berkarya dinilai perlu kerja keras agar terus menambah dukungan konsetuen. Keberadaan Tommy Soeharto di Partai Berkarya dinilai belum cukup.
“Tommy belum teruji, dia di Munas (Golkar) belum pernah dikontestasi. Jadi gak semudah itu apalagi belum pernah memimpin, bagaimana akan meyakinkan akar rumput kalau gak pernah jadi ketua umum,” jelasnya.