Rabu 10 Dec 2025 09:56 WIB

Kamboja-Thailand Ogah Mundur Perang, Korban Jiwa Terus Bertambah

Belum ada tanda-tanda perang Kamboja-Thailand akan berakhir.

Masyarakat setempat berlindung di pasar Prey Chamkar Ta Doak di provinsi Banteay Meanchey di Kamboja, dekat perbatasan dengan Thailand, Selasa, 9 Desember 2025.
Foto: AP Photo/Heng Sinith
Masyarakat setempat berlindung di pasar Prey Chamkar Ta Doak di provinsi Banteay Meanchey di Kamboja, dekat perbatasan dengan Thailand, Selasa, 9 Desember 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH – Thailand dan Kamboja terus saling menyalahkan atas bentrokan baru di sepanjang perbatasan yang disengketakan dan sejauh ini menolak mundur dari pertempuran. Sementara jumlah korban tewas meningkat dalam aksi saling serang sejak awal pekan ini. 

Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja mengatakan pada Selasa bahwa sembilan warga sipil telah tewas dan 20 orang terluka sejak hari Senin, sementara militer Thailand mengatakan empat tentara telah tewas dan 68 orang terluka di pihaknya sejak bentrokan kembali terjadi.

Baca Juga

Pertempuran terkini dimulai pada Ahad malam, memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka dan menghancurkan gencatan senjata disepakati setelah bentrokan lima hari pada bulan Juli. Pertempuran tersebut, yang melibatkan saling serang dengan roket dan tembakan artileri berat dipicu oleh persaingan klaim teritorial di sepanjang perbatasan mereka. 

Pertempuran kala itu mengakibatkan 48 kematian di kedua belah pihak dan evakuasi sementara lebih dari 300.000 warga sipil sebelum gencatan senjata ditengahi oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Thailand menunda penerapan pakta gencatan senjata tersebut bulan lalu, menyusul ledakan ranjau darat yang melukai salah satu tentaranya.

Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul mengatakan Kamboja belum menghubungi Thailand mengenai kemungkinan negosiasi dan pertempuran akan terus berlanjut. “Kami harus melakukan apa yang harus kami lakukan,” katanya dikutip Aljazirah. “Pemerintah akan mendukung semua jenis operasi militer seperti yang direncanakan sebelumnya.” 

Militer Thailand mengatakan Kamboja menyerang posisi Thailand dengan serangan artileri, roket, dan drone pada Selasa.

photo
Warga Thailand yang meninggalkan rumahnya saat Thailand dan Kamboja bentrok di perbatasan, beristirahat di pusat evakuasi di provinsi Buriram, Thailand, Senin, 8 Desember 2025. - ( AP Photo/Sopa Saelee)

Presiden Senat Kamboja yang berkuasa, Hun Sen, mengklaim dalam sebuah pernyataan di media sosial pada hari Selasa bahwa militer telah menahan diri untuk tidak menembaki pasukan Thailand pada hari sebelumnya, namun mulai membalas tembakan pada malam hari. 

Dia mengatakan menargetkan wilayah di mana pasukan Thailand maju akan memungkinkan militer Kamboja untuk “melemahkan dan menghancurkan pasukan musuh melalui serangan balik”. 

“Kamboja menginginkan perdamaian, namun Kamboja terpaksa melakukan perlawanan untuk mempertahankan wilayahnya,” kata mantan perdana menteri tersebut. Masing-masing pihak menyalahkan pihak lain yang melepaskan tembakan pertama. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement