REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menduga adanya kecolongan hingga menyebabkan terjadinya kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta. PGRI berharap kasus ini jadi momentum besar dalam evaluasi penanganan siswa.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PGRI, Dudung Abdul Qadir menyadari tantangan yang dihadapi sekolah berbeda-beda menyangkut penanganan siswa. Tugas ini di tiap sekolah diampu oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK).
"Ya, sebetulnya ketika fungsi ini dijalankan dengan baik itu akan meminimalisir masalah. Tapi kan persoalannya dinamika yang terjadi di sekolah itu macam-macam," kata Dudung kepada Republika, Kamis (13/11/2025).
Dudung menyebut sistem guru BK kalau diterapkan dengan optimal mestinya dapat mencegah ledakan di SMAN 72. Sebab, guru BK seharusnya bisa memetakan masalah siswa sekaligus upaya penanganan.
"Ya, ketika sistem ini jalan dengan baik sebetulnya akan mendeteksi berbagai persoalan yang terjadi di sekolah," ujar Dudung.
Oleh karena itu, Dudung berharap ledakan di SMAN 72 jadi pengingat pentingnya guru BK. Kehadiran guru BK didorong bisa memberi pendampingan kepada para siswa.
"Inilah evaluasi dan refleksi buat kita semuanya bahwa ada hal yang harus diperbaiki dalam sistem pendampingan kemudian penguatan di sekolah agar diperhatikan," ujar Dudung.
Lihat postingan ini di Instagram