REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di zaman ketika hampir semua hal bisa di-klik, kampus-kampus pun ikut berlomba tampil paling digital. Tapi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) memilih langkah agak beda. Mereka tak mau sekadar jadi kampus paling canggih, tapi juga paling manusiawi.
Lewat SobiChat, asisten chat virtual berbasis AI, UBSI mencoba meramu logika mesin dan rasa manusia dalam satu sistem yang sama.
SobiChat bekerja tanpa lelah, siap menjawab pertanyaan mahasiswa kapan pun selama 24 jam dalam sepekan. Tapi ajaibnya, cara ia menjawab tak pernah terasa dingin. Ada nada hangat, seperti teman lama yang kebetulan tahu jadwal kuliahmu.
Co-Founder Yayasan BSI, Naba Aji Notoseputro, punya pandangan menenangkan di tengah hiruk pikuk transformasi digital. “Pendidikan berkelanjutan adalah pendidikan yang tahu kapan menggunakan teknologi dan mendengarkan manusia,” ujarnya, Kamis (30/10/2025).
Visi itu terasa jelas di arah langkah UBSI sebagai Kampus Digital Kreatif, tidak sedang membangun sistem yang menggantikan manusia, tapi sistem yang membuat manusia bisa lebih fokus belajar, berinovasi, dan bermimpi.
Sebab pada akhirnya, teknologi yang paling hebat bukan yang paling cepat menjawab, melainkan yang paling mengerti mengapa pertanyaan itu ada. Di situ, barangkali, kecerdasan buatan belajar sedikit tentang hati nurani dan manusia belajar kembali menjadi manusia.