Laporan jurnalis Bambang Noroyono dan fotografer Thoudy dari Tunis, Tunisia
REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Pollynskaya Nicole Wessely sepertinya jadi salah-satu petugas Steering Committee Global Sumud Flotilla yang selalu akrab dengan para delegasi Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) saat pelatihan dan training pelayaran akbar menembus blokade Gaza di Negara Tanah Kuno Tunisia. Selama pelatihan dan training pelayaran ribuan partisipan dari 45 negara yang tersentral di General Union of Tunisian Workers (GUTW) Kota Tunis itu, Polly, begitu dia disapa, selalu sibuk mondar-mandir, teriak-teriak sambil menyisir seluruh relawan dan aktivis yang kadang-kadang tak ingat waktu rehat untuk kembali ke aula pemanduan.
“Mandat steering committee memerintahkan anda segera masuk. Mandat steering committee memerintahkan anda segera masuk,” kata Polly. Kadang-kadang sambil memasang tampang wajah galaknya, perempuan asal Austria yang sekujur kakinya penuh tato, dan bertindik di bibirnya itu, tak segan menunjuk-nunjuk muka satu per satu partisipan agar ingat waktu. “Kamu harus segera masuk. Bawa paspor anda dan segera masuk,” tegas Polly.
Pelatihan dan training Global Sumud Flotilla digelar sepanjang pekan pertama September 2025 di Kota Tunis. Dua wartawan Republika, Bambang Noroyono dan Thoudy Badai turut serta dalam persiapan pelayaran akbar menembus blokade Gaza tersebut bersama 28 relawan, dan aktivis lainnya dari IGPC.
Kalau waktu rehat, Polly itu ramahnya bukan main. Perempuan 30-an tahun yang selalu menutup rambut pirangnya dengan kafiyeh panjang khas Palestina itu sering mengajak partisipan dari Indonesia tukar-menukar rokok sambil bercakap-cakap dan ketawa-ketawa. Meskipun karena alasan keamanan, dia mengaku tak bisa mengungkap semua informasi tentang misi pelayaran akbar menembus blokade Gaza itu.
Termasuk soal kapan pastinya angkat jangkar serempak kapal-kapal kemanusian itu akan dilakukan. “Saya tidak bisa menyampaikan semua halnya kepada anda. Itu sangat rahasia demi keselamatan semua. Tetapi kita semua harus selalu siap ke Gaza,” ujar dia.
Dan waktu untuk para partisipan menaiki kapal-kapal itu segera ditentukan. Pada Ahad 7 September 2025, 16 armada Global Sumud Flotilla dari Spanyol tiba di Dermaga Sidi Bou Said. Armada kemanusian dari Barcelona itu membawa para aktivis Greta Thunberg dari Swedia, Thiago Avila dari Brasil, dan Jasmine Acar dari Jerman. Pada 5 September, Mandla Mandela cucu dari pejuang kemerdekaan Afrika Selatan (Afsel) Nelson Mandela, sudah tiba bergabung bersama partisipan lainnya di Tunisia. Saat rombongan dari Spanyol itu sandar di Tunisia, Polly seperti ‘sempoyongan’ mengatur agar pelatihan dan training terakhir para partisipan tetap berjalan.

Pelatihan dan training terakhir ketika itu, dengan membagi-bagi para partisipan ke dalam grup-grup yang berisikan antara 7 sampai 15 peserta dari berbagai profesi dan beragam warga negara. Lalu masing-masing grup itu akan dibawa dengan kapal-kapal selama 12 jam mengitari perairan Tunisia. Pelatihan dan training aklimatisasi itu harus dilakukan agar seluruh relawan terbiasa dengan keadaan di lautan saat pelayaran menembus blokade Gaza. Karena pelayaran melalui Laut Mediterania itu diperkirakan memakan waktu antara 10 sampai 14 hari untuk tiba di perairan Gaza. Seorang relawan IGPC menghampiri Republika memintakan rokok untuk Polly.
“Polly minta rokok. Stres dia katanya,” ujar relawan itu. Dan keadaan itu agaknya benar. Polly kusut di sebelah pos keamanan di dalam Dermaga Sidi Bou Said. Dia bersila di atas lantai tanah keras sambil memangku laptop saat ditemui. Terik matahari di Tunisia sepertinya membuat putih mukanya menjadi kemerahan. Polly tetap ramah, menyapa lalu mengambil dua-tiga batang rokok. Buru-buru dia membakar satu. Lalu melepaskan asap dan pikiran. “Saya repot dengan semua keadaan ini. Banyak sekali orang-orang di sini,” ujar dia.
Ketika itu situasi di Sidi Bou Said membludak. Partisipan dari 45 negara jumlahnya saja sudah ribuan. Belum lagi antusiasme masyarakat Tunisia yang mengetahui rombongan armada Global Sumud Flotilla yang berlayar dari Barcelona sejak 1 September sandar di Sidi Bou Said. Belasan ribu pasang mata menunggu hari itu.
Bak pesta pora, belasan ribu orang ketika itu menyanyikan yel-yel merdeka Palestina dari beragam bahasa. Menyalakan suar api dan petasan menyambut kehadiran Greta, Thiago, dan Jasmine. Ketiga pemimpin pelayaran akbar itu diarak-arak para partisipan dengan pengawalan anggota-anggota Sumud Maghribi untuk keluar dari dermaga. Lalu dibawa ke Pantai Sidi Bou Said untuk berpidato di hadapan lautan manusia. Kedatangan rombongan dari Spanyol itu membuat pelatihan dan training aklimatisasi ditunda. Dan Polly mengatakan, semua jadwal menjadi tak bisa dikendalikan. “Tetapi semuanya harus selalu siap. Besok (8/9/2025) akan ada yang menentukan,” kata dia.
Dan itu benar. Senin (8/9/2025) melalui saluran partisipan, steering committee memerintahkan agar semua aktivis, relawan pelayaran datang ke Radisson Blu Convention. Jaraknya sekitar 2,5 kilometer (Km) dari Gedung Buruh GUTW yang menjadi episentrum kegiatan Global Sumud Flotilla. Pada tanggal tersebut steering committee mengumumkan para partisipan yang lolos training dan pelatihan untuk mendapatkan tempat di kapal-kapal kemanusian. Lalu menjadi peserta pelayaran akbar menembus blokade Gaza.
26 orang terpilih dari Indonesia...