Senin 22 Sep 2025 06:31 WIB
Catatan dari Tunisia Bagian I

Saat Gaza Satukan Perlawanan Semua Bangsa di Tunisia

Pembebasan Gaza menyatukan berbagai kalangan lintas bangsa dalam Armada Sumud Global.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Fitriyan Zamzami
Warga bersama relawan menyambut kapal-kapal Armada Sumud Global di Pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia, Ahad (6/9/2025).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga bersama relawan menyambut kapal-kapal Armada Sumud Global di Pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia, Ahad (6/9/2025).

Laporan jurnalis Bambang Noroyono dan fotografer Thoudy Badai dari Tunis, Tunisia

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Birruh… Biddam… Nafdika ya al-Aqsha.” “Birruh… Biddam… Nafdika ya al-Aqsha.” “Birruh… Biddam… Nafdika ya al-Aqsha.” Mereka yang bergelut dengan aktivisme Palestina tentu akrab dengan ungkapan-ungkapan tersebut. Kalimat-kalimat Arab itu slogan perjuangan kemerdekaan Palestina dari penjajahan Zionis Israel. Artinya; “Dengan jiwa (ruh)… Dengan darah… Kami akan membelamu ya al-Aqsha.” Ungkapan pemompa nyali dan semangat itu biasanya diakhiri pekikan takbir. “Allahu Akbar.” 

Baca Juga

Dalam Global Sumud Flotilla (GSF) pekikan-pekikan pemompa nyali dan semangat itu masif dan akrab di telinga. Global Sumud Flotilla gerakan ribuan sipil kalangan aktivis, relawan, dan wartawan dari sedikitnya 45 negara. Dari Asia, Eropa, Amerika, Arab, Afrika mereka melakukan pelayaran akbar mengarungi Laut Mediterania. Tujuannya membuka koridor kemanusian melalui Laut Tengah ke perairan Gaza. Konvoi laut akbar itu membawa logistik dan obatan-obatan untuk masyarakat di Gaza yang sudah 25 bulan mengalami kelaparan akibat genosida tentara penjajahan Zionis Israel.

“Free… free… free Palestine.” “Free… free… free Palestine.” “One, two, three… Free Palestine.” “One, two, three… Free Palestine”. Begitu juga seruan-seruan semangat para aktivis, dan relawan Global Sumud Flotilla yang lidahnya tak akrab dengan lafaz-lafaz Arab. Tetapi mereka turut-serta berkumpul di Tunisia. Negara Tanah Kuno di ujung utara Tanduk Afrika itu jadi titik tolak pelayaran akbar kemanusian menembus blokade Gaza tersebut. Delegasi Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) membawa sedikitnya 30-an relawan, aktivis, dan wartawan dalam misi kemanusian itu. Dua wartawan Republika, Bambang Noroyono, dan Thoudy Badai ikut serta dalam misi itu. 

Selama di Tunisia, Republika menyaksikan Global Sumud Flotilla menjadi arena kampanye semua keyakinan, paham untuk membela Palestina dari kebiadaban Zionis Israel. Mereka yang berkepribadian Islam, Kristen, Katolik, bahkan yang berlatar belakang tak ber-Tuhan sekalipun menjadi satu dalam misi sipil Global Sumud Flotilla. Mereka yang berpenampilan paling gamis, bercadar, bersorban, bertato, nyeleneh, slengean, bertindik di hidung, sama-sama bergabung membela Palestina. Apapun bahasanya, mereka yang berkulit kuning, berkulit putih-pucat, berkulit cokelat, maupun hitam, semuanya bersatu. 

Entah karena atas dasar keagamaan, keyakinan teologisnya, atas dasar kemanusian, atau karena apapun itu, semuanya berkumpul di Tunisia untuk tujuan sama: ikut pelayaran akbar mengakhiri penjajahan di Tanah Palestina, dan mengakhiri genosida di Gaza. Juru Bicara Global Sumud Flotilla Seif Abukeshk menyampaikan kepada seluruh partisipan pelayaran kemanusian, agar latar belakang dan kepribadian seseorang, tak menjadi penghalang untuk bersama-sama membela misi Palestina merdeka. Kata aktivis asal Barcelona-Spanyol itu, siapapun boleh ikut, dan berpartisipasi dalam misi pelayaran menembus blokade Gaza. 

Warga Tunisia menyambut kapal Armada Sumud dari Spanyol saat tiba di Pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia, Ahad (6/9/2025).

“Tanggalkanlah apapun kepentingan agamamu, tinggalkan apapun aktivitas politikmu, apakah kamu Islamis, apakah kamu beragama atau tidak, apakah kamu sosialis, apakah kamu buruh, apapun profesimu dan darimanapun kamu berasal, misi ini adalah untuk kemerdekaan Palestina, untuk mengakhiri penderitaan masyarakat di Gaza,” kata Abukeshk di General Union of Tunisian Workers (GUTW), Selasa (2/9/2025) lalu. “Kita semua berada di sini, di gedung ini, untuk bersama-sama berjuang untuk kemerdekaan Palestina, untuk menghancurkan blokade Israel terhadap Gaza, untuk mengakhiri penderitaan orang-orang di Gaza. Dari sungai hingga lautan, Palestina akan merdeka,” kata Abukeshk. 

Mengapa di Tunisia?

Mereka yang berangkat dari banyak negara untuk bergabung dalam armada Global Sumud Flotilla harus terlebih dahulu singgah dan bermukim di Tunis. Delegasi IGPC yang merupakan anggota Sumud Nusantara menggunakan pesawat dari Jakarta menuju Bangkok, lalu transit di Doha-Qatar, sebagian transit di Frankfurt sebelum melanjutkan penerbangan ke Tunisia. 30-an delegasi Malaysia yang juga anggota Sumud Nusantara terbang ke Spanyol, atau ke Italia lalu berlayar melalui laut ke Tunisia bersama-sama rombongan aktivis dan relawan dari Eropa. Tak sedikit relawan dan aktivis dari Eropa-termasuk dari Turki yang membawa kapal-kapal mereka sendiri bergabung ke Tunisia. 

Aktivis Greta Thunberg dari Swedia, Thiago Avila dari Brasil, Jasmine Acar dari Jerman satu pelayaran dari Spanyol bergabung ke Tunisia. Pegiat media sosial (medsos) Yusuf Omar berlayar dari Inggris ke Tunisia. Mandla Mandela cucu dari pejuang kemerdekaan dan anti-apartheid Nelson Mandela bergabung ke Tunisia menjadi relawan Global Sumud Flotilla dari Afrika Selatan (Afsel). Begitu juga para relawan dan aktivis kemanusian dari Amerika. Ribuan partisipan itu sudah berkumpul di Tunisia sejak 1 September 2025. Pada 2 September semua partisipan non leader wajib ikut pelatihan dan training misi menembus blokade Gaza. 

photo
Relawan Global Sumud Flotilla memadati area Pelabuhan Sidi Bou Said saat akan melakukan pelatihan pelayaran menuju Gaza dari Tunisia, Rabu (10/9/2025) - (Republika/Thoudy Badai)
 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement