REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) berkomitmen untuk menghadirkan Digitalisasi Pembelajaran secara merata agar anak-anak Indonesia siap mengikuti perkembangan teknologi mutakhir. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen) Gogot Suharwoto mengatakan, program tersebut dirancang sebagai pilar penting untuk memastikan pendidikan nasional kian inklusif, adaptif, dan partisipatif.
Menurut dia, Digitalisasi Pembelajaran tidak sekadar mengikuti tren teknologi, melainkan juga jawaban atas pelbagai tantangan pendidikan saat ini. Di antaranya adalah rendahnya capaian literasi hingga learning loss akibat pandemi Covid-19 lalu.
“Digitalisasi pembelajaran menjadi upaya percepatan agar anak-anak Indonesia bisa mengejar ketertinggalan sekaligus terbiasa dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam abad ke-21,” ujar Dirjen PAUD Dikdasmen Gogot Suharwoto dalam keterangan tertulis yang diterima Republika di Jakarta, Rabu (17/9/2025).
Program ini berpijak pada dasar hukum, yakni Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2025 yang menekankan revitalisasi satuan pendidikan, pembangunan sekolah unggul, hingga implementasi digitalisasi pembelajaran. Presiden RI Prabowo Subianto juga telah menargetkan, setiap sekolah di Indonesia memperoleh perangkat papan interaktif pintar (interactive flat panel/IFP) atau yang disebut sebagai smartboard.
Gogot mengatakan, proses distribusi smartboard pada tahap awal menyasar sekolah-sekolah di wilayah Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Adapun untuk wilayah lainnya, penyaluran akan dilakukan pada tahap berikutnya.
Berbeda dari televisi pintar, jelas Gogot, smartboard tak menyajikan informasi secara searah, melainkan dua arah. Alat ini memungkinkan guru dan murid untuk berkolaborasi langsung dengan memanfaatkan layar sentuh di muka kelas.
“Anak-anak dapat memutar model jantung, memperbesar, memperkecil, dan menjawab soal interaktif di layar. Semua ini membuat pembelajaran lebih mudah dipahami sekaligus menyenangkan,” ujar Gogot mencontohkan.
Tak sekadar bagi-bagi alat. Kemendikdasmen pun menyediakan konten-konten pembelajaran interaktif. Ada pula bimbingan teknis bagi para guru sehingga mereka mampu merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
“Ini satu paket. Tidak cukup hanya alat tanpa konten, atau konten tanpa pendampingan. Semuanya terintegrasi,” ucap Gogot.
Kegunaan smartboard dirasakan para guru dalam menghadirkan pembelajaran interaktif di ruang kelas. Seorang guru Informatika di SMP Negeri 86 Jakarta, Haryanto, mengungkapkan besarnya manfaat gawai tersebut.
“Anak-anak jadi lebih antusias karena format belajarnya variatif. Mereka yang tadinya malu untuk maju, sekarang berani karena merasa bermain sekaligus belajar,” ungkapnya.

Haryanto juga menggunakan platform Ruang Murid yang disediakan Kemendikdasmen. Ini berisi pelbagai video, buku digital, laboratorium maya, hingga gim edukasi.
“Ketika membahas topik perundungan (bullying), saya bisa langsung menampilkan video dari platform, menambahkan gambar dari internet, lalu anak-anak diminta menjelaskan di papan. Mereka (para murid) excited sekali, seolah-olah jadi tutor sebaya,” tutur dia.
Bagaimanapun, Haryanto menekankan, kecanggihan teknologi pembelajaran tetap akan menemukan maknanya bila digunakan secara tepat oleh guru. Karena itu, ia merasa tertantang untuk terus memperkuat perannya, khususnya dalam mendesain pembelajaran.
“Alat ini (smartboard) ibarat ‘jembatan’. Guru tetap kunci, tapi kini punya banyak cara untuk membuat kelas lebih menarik, mendalam, dan menyenangkan,” tambahnya.
Kemendikdasmen memastikan, program Digitalisasi Pembelajaran menjangkau daerah-daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) di Tanah Air. Kalaupun ada kendala kelistrikan di daerah-daerah tertentu, jelas Gogot, pihaknya berikhtiar menghadirkan solusi berupa panel surya, perangkat tambahan tanpa internet, hingga konten interaktif berbasis penyimpanan eksternal.
“Kami bekerja sama dengan PLN untuk menyediakan panel surya bagi sekolah yang belum punya listrik. Untuk sekolah tanpa internet, kami berikan perangkat tambahan agar tetap terhubung,” jelas Gogot.