REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menter Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa alasan utama negara-negara Barat terlibat dalam negosiasi dengan Iran adalah karena ketidakmampuan mereka untuk mengerahkan kekuatan militer menyerang fasilitas nuklir Iran. Berbicara di Teheran International Book Fair, Kamis (15/5/2025), dikutip Khamaa, Araghchi menegaskan, bahwa kemampuan pertahanan dan kekuatan rudal Iran menjadi keuntungan dalam diplomasi.
Dia menegaskan, jika kekuatan negara Barat mampu menetralisir infrastruktur nuklir secara militer, maka tidak diperlukan lagi langkah dialog. "Alih-alih, negosiator Iran maju ke maja diplomasi dengan kepercayaan diri adalah hasil dari kekuatan militernya," kata Araghchi.
Dalam perkembangan terbaru, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa AS semakin dekat dengan kesepakatan dengan Iran. Selama kunjungannya ke Doha, Trump mengindikasikan bahwa Iran telah setuju dengan beberapa poin kesepakatan, yang termasuk berhenti mengayakan uranium dalam kurun 3 tahun.
Imbalannya, sanksi ekonomi Iran akan dicabut dan jaminan AS tidak akan menarik diri dari kesepakatan. Namun demikian, jurang antara AS dan Iran masih terlihat, khususnya soal waktu perpanjangan dan linimasa pengurangan uranium dan tujuan pembuangan stok uranium yang ada saat ini.
Trump menegaskan, tuntutan utama dari proposal perjanjian dari AS adalah Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir. Meski ia mengekspresikan preferensi solusi diplomatik ketimbang aksi militer, Trump mengaku masih ada ganjalan dalam proses negosiasi.
"Saya hanya berharap Iran menyadari betapa memiliki teman baik di sini. Dan dalam arti tertentu, saya rasa saya adalah teman yang baik, karena banyak orang lebih suka saya mengambil jalan yang jauh lebih keras. Namun saya tahu bahwa jika kita dapat menghindari jalan itu, itu akan menjadi hal yang hebat. Saya ingin melakukan itu," ujar Trump.