REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Media Financial Times pada Rabu (19/11/2025) memuat laporan eksklusif soal kunjungan rahasia sejumlah ilmuwan dan ahli nuklir ke Rusia pada akhir tahun lalu guna mencari teknologi laser yang berpotensi diaplikasikan ke senjata nuklir. Laporan FT merujuk pada dokumen-dokumen, korespondensi, dan catatan perjalanan.
Pertemuan rahasia yang kedua selama 2024 itu dilaporkan terjadi antara Institut Penelitian Militer Rusia dan Organisasi Inovasi dan Penelitian Pertahanan Iran (SPND), organisasi yang dituduh oleh Amerika Serikat (AS) memimpin riset-riset senjata nuklir Iran pada masa lalu. Menurut laporan FT, Damavand-Tech, teridentifikasi sebagai perusahaan SPND, mengorganisasikan perjalanan pada November 2024 untuk delegasi ahli laser Iran dari Teheran ke St. Petersburg.
"Para ilmuwan itu melakoni beberapa kali perjalanan dengan paspor diplomatik yang diterbitkan untuk tujuan tertentu oleh Kementerian Luar Negeri," demikian laporan FT, dilansir Jerusalem Post.
Delegasi itu dilaporkan mengunjungi sebuah fasilitas milik perusahaan Rusia, Laser Systems, perusahaan yang mengembangkan teknologi multiguna untuk kepentingan sipil dan militer. Catatan akademik dan institusional mengindikasikan para pelancong bukanlah pegawai Damavand-Tech, melainkan para fisikawan dan insinyur dari universitas-universitas di Iran dan pusat penelitan terkait pertahanan, termasuk Universitas Shahid Beheshti dan Universitas Teknologi Malek Ashtar, dan sebuah institusi di bawah Kementerian Pertahanan.
FT mengutip Jim Lamson, peneliti senior di James Martin Center for Nonproliferation Studies yang juga bekas analis CIA, mengatakan, delegasi Iran sepertinya "Mencari teknologi dan ahli laser yang bisa membantu mereka memvalidasi sebuah desain senjata nuklir tanpa perlu menggelar tes ledakan.”