REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Masa depan sektor pendidikan global pun tampak menjanjikan. UNESCO memprediksi bahwa jumlah siswa internasional lintas negara akan mencapai 8 juta pada 2025.
Sejalan dengan itu, AIG Education Group melaporkan bahwa lebih dari 5 juta siswa saat ini studi di luar negeri, yang menyumbang lebih dari USD 123 miliar per tahun dalam bentuk iuran sekolah. Selain itu, 60 persen dari siswa-siswa ini bergantung pada agen pendidikan untuk membantu perencanaan studi dan proses aplikasi mahasiswa baru.
Co-founder AIG Education Group, Jimmy Lim, menjelaskan mayoritas pelajar Indonesia yang melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri terbagi antara mereka yang mengejar gelar sarjana, sekitar 56 persen, mereka yang melanjutkan gelar magister, 30 persen dan 4 persen sisanya terdaftar di berbagai program dan gelar lainnya.
Jurusan yang paling diminati oleh siswa Indonesia adalah teknologi dan teknik, ilmu sosial, dan ilmu kesehatan.
Selain itu, kata dia, siswa Indonesia memiliki preferensi yang kuat terhadap institusi pendidikan di negara-negara seperti Inggris, Australia, Kanada, serta negara-negara Asia seperti Malaysia, Tiongkok, dan Singapura.
Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari beberapa generasi sebelumnya dalam pemilihan tempat studi di luar negeri dan peningkatan peringkat serta minat terhadap negara-negara tetangga di Asia.
“Dengan memulai operasi di Indonesia, kami membawa keahlian kami lebih dekat ke mitra lokal, memungkinkan lebih banyak mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri," ujar dia, dalam keterangannya, kepada media di Jakarta, Jumat (1/10/2024).
Dia menyebutkan, sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Pihaknya memperkirakan bahwa pada 2025, Indonesia akan menyumbang lebih dari 55 ribu siswa yang belajar di luar negeri, dengan kontribusi iuran pendidikan sekitar 800 dolar AS juta per tahun.
"Inilah mengapa kami menghadirkan fitur Customer Relationship Management (CRM) di platform Achieva Edu. Ini memungkinkan konselor pendidikan untuk mengelola penerimaan calon mahasiswa dengan lebih efektif, mengurangi lebih dari 70 persen beban kerja dan 15 persen biaya tenaga kerja,” tambah Jimmy.
Lebih lanjut, dia menjelaskan dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di industri ini, pihaknya terus berinovasi untuk meningkatkan layanan bagi kliennya. AI adalah masa depan, dan inilah yang mendorong pihaknya untuk mengembangkan Achieva Edu.
Terobosan teknologi ini merupakan platform lead generation AI pertama untuk sektor pendidikan, yang berfungsi sebagai pendukung kuat bagi penyedia jasa dan konselor pendidikan serta mahasiswa.
"Pembukaan kantor representatif kami di Jakarta hari ini juga menegaskan komitmen kami terhadap Indonesia, dan kami yakin platform ini akan mendorong pertumbuhan sektor pendidikan di negara ini, membuka peluang baru untuk studi internasional,” tutur dia.
Dia menambahkan, Achieva Edu memiliki kemampuan Generative AI1 yang dikhususkan untuk sektor edukasi.