REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kepemimpinan Iran terlihat hati-hati dalam mengeluarkan pernyataan setelah pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah oleh Israel. Kelompok konservatif dan moderat Teheran dinilai sedang terpecah belah mengenai bagaimana menanggapi pembunuhan tersebut. Apalagi Iran hingga kini belum menuntaskan janji atas kematian pemimpin diplomatik Hamas, Ismail Haniyeh.
MEE melaporkan gelombang serangan udara pada Jumat yang menewaskan Nasrallah bergema di seluruh Iran selama akhir pekan. Masyarakat awam Iran khawatir akan perang habis-habisan antara gerakan Lebanon dan Israel yang dapat melanda Republik Islam tersebut.
Awalnya, situs-situs berita Iran ragu-ragu untuk melaporkan pembunuhan tersebut, sehingga banyak yang harus beralih ke aplikasi pesan Telegram, yang terkenal dengan kebijakan moderasi kontennya yang lemah.
Kemudian, pada Sabtu pagi, Hizbullah mengonfirmasi bahwa pemimpin mereka yang berkuasa dan telah lama menjabat terbunuh dalam serangan hari Jumat di Beirut.
Baik Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei maupun Presiden Masoud Pezeshkian mengeluarkan pernyataan yang hati-hati mengenai pembunuhan tersebut. Tidak ada satupun yang menunjukkan apakah Teheran akan terlibat langsung dalam konflik tersebut.
Invasi darat
Hizbullah memulai kampanye serangan lintas batas terhadap Israel sehari setelah Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada Oktober lalu. Para pejabat Hamas mengatakan mereka melancarkan serangan itu sebagai tanggapan atas serangan provokatif Israel terhadap kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.
Militer Israel mengatakan pekan lalu bahwa mereka sedang mempersiapkan kemungkinan pendudukan di Lebanon selatan, dan telah mengirim dua brigade ke Israel utara untuk berlatih menghadapi potensi invasi darat.
Dalam pesan yang diposting di situs resminya, Khamanei mengatakan, dengan bantuan Tuhan, pukulan front perlawanan terhadap tubuh rezim Zionis yang sudah usang dan melemah akan seimbang.
“Adalah wajib bagi seluruh umat Islam untuk mendukung rakyat Lebanon dan Hizbullah yang bangga dengan sumber daya mereka dan membantu mereka dalam menghadapi rezim yang mengambil alih kekuasaan, menindas, dan jahat,” tambah Khamenei.
Pezeshkian menggemakan sentimen ini, dengan mengatakan: "Kami telah belajar bahwa perintah adalah milik Tuhan. Jalan ilahi tidak pernah tanpa seorang komandan dan pemimpin, dan bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba Tuhan yang saleh."