Rabu 11 Sep 2024 15:44 WIB

Lebih dari 11.700 Warga Ukraina Tewas Sejak Dimulainya Perang Rusia

10 juta orang terpaksa mengungsi di Ukraina sejak serangan 26 Agustus 2022.

Pemandangan lokasi bangunan perumahan bertingkat yang rusak dengan taman bermain anak-anak, latar depan, setelah dugaan serangan pesawat tak berawak Ukraina di Ramenskoye, luar Moskow, wilayah Moskow, Rusia, pada Selasa, 10 September 2024.
Foto: AP Photo
Pemandangan lokasi bangunan perumahan bertingkat yang rusak dengan taman bermain anak-anak, latar depan, setelah dugaan serangan pesawat tak berawak Ukraina di Ramenskoye, luar Moskow, wilayah Moskow, Rusia, pada Selasa, 10 September 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, HAMILTON -- PBB mengatakan bahwa lebih dari 11.700 warga sipil tewas sejak dimulainya perang Rusia di Ukraina pada Februari 2022 dan mendesak para pemimpin yang mempersiapkan sesi Majelis Umum ke-79 untuk memanfaatkan semua peluang untuk mengakhiri konflik.

"Sayangnya, dua setengah tahun sejak eskalasi perang ini, situasinya terus memburuk. Jumlah korban tewas terus meningkat. Penderitaan manusia terus berlanjut pada tingkat yang tidak dapat ditoleransi," kata Penjabat Wakil Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan Joyce Msuya pada sidang Dewan Keamanan PBB, Selasa (10/9/2024).

Baca Juga

Sesi yang diadakan atas permintaan Perancis dan Ekuador tersebut membahas serangan Rusia terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil di Ukraina.

Msuya menekankan bahwa 10 juta orang terpaksa mengungsi di Ukraina dan serangan skala besar telah terjadi di seluruh negeri sejak 26 Agustus.

“Kami sangat prihatin dengan meluasnya pertempuran baru-baru ini ke daerah-daerah baru di kedua sisi perbatasan Ukraina-Rusia,” ucapnya.

Mengingat bahwa operasi militer di wilayah Kursk Rusia telah menyebabkan 130.000 orang mengungsi, Msuya mengatakan bahwa warga sipil dan infrastruktur sipil juga telah menjadi sasaran di wilayah tersebut.

“Saya harus mengingatkan semua pihak mengenai kewajiban untuk terus menjaga keselamatan warga sipil dan objek sipil sesuai tuntutan hukum humaniter internasional,” ujar dia.

Menekankan bahwa peningkatan aktivitas militer menghambat operasi kemanusiaan dan membahayakan pekerja bantuan, dirinya menyatakan terima kasih atas donasi hampir 1,4 miliar dolar AS (Rp 21,56 triliun) untuk respons kemanusiaan bagi 14,6 juta orang di seluruh Ukraina.

“Namun, tiga perempat tahun berjalan, Rencana Kebutuhan dan Respons Kemanusiaan masih kurang dari separuh pendanaannya. Untuk mempertahankan operasi di lingkungan yang semakin kompleks dan berbahaya, kami sangat membutuhkan donor untuk meningkatkan dan mempercepat pendanaan yang fleksibel untuk respons tersebut,” tuturnya.

Msuya lebih lanjut menyerukan kepada para pemimpin dunia yang sedang mempersiapkan sesi Majelis Umum PBB ke-79 untuk memanfaatkan setiap kesempatan guna menjamin keputusan yang akan menyelamatkan warga sipil dan pada akhirnya mengakhiri perang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement