Ahad 25 Aug 2024 16:04 WIB

Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah: Lestarikan Tradisi, Berdayakan Ekonomi

Mimi Rasinah adalah maestro tari topeng asal Kabupaten Indramayu.

Aerli Rasinah di Sanggar Tari Mimi Rasinah Indramayu.
Foto:

Setelah sempat berjaya, rombongan tari topeng milik ayah Mimi Rasinah harus berakhir saat agresi militer Belanda. Bahkan, ayah Mimi Rasinah tewas ditembak oleh Belanda karena dituduh sebagai mata-mata.

Bertahun-tahun berlalu, Mimi Rasinah dan suaminya sempat berusaha untuk bangkit. Namun, pertunjukkan tari topeng tergerus oleh sandiwara. Bahkan, pada 1970-an, suaminya memilih menjual seluruh perlengkapan tari topeng sebagai modal untuk mendirikan grup sandiwara.

Sejak itu hingga lebih dari 20 tahun, Mimi Rasinah tak pernah lagi mementaskan tari topeng. Hingga akhirnya pada 1994, dua orang seniman bernama Endo Suanda dan Toto Amsar, ‘menemukan’ kembali Mimi Rasinah dan tarian topengnya.

Sejak saat itu, Mimi Rasinah kembali mementaskan tari topeng. Tak hanya di dalam negeri, tapi juga melanglangbuana ke berbagai negara. Nama Mimi Rasinah dan tari topeng pun dikenal di berbagai pelosok Indonesia dan mancanegara.

Namun sayang, kondisi itu berkebalikan dengan di Indramayu, asal Mimi Rasinah sendiri. Nama Mimi Rasinah dan tari topeng, justru tak banyak dikenal.

‘’Miris banget,’’ tutur Aerli.

photo
Karakter topeng dalam tari topeng - (Lilis Sri Handayani / Republika)

 

Tak hanya mentas, Mimi Rasinah juga mengajar tari topeng dari rumah ke rumah. Setelah Aerli ikut turun, akhirnya dibangun sanggar tari di rumahnya pada 1999. Namun sayang, murid yang belajar di sanggar tari Mimi Rasinah hanya hitungan jari dalam satu tangan.

Selain belum dikenal luas, panjangnya durasi tari topeng hingga berjam-jam, membuat kurangnya minat masyarakat untuk belajar tari topeng.

‘’Dari situ saya bilang ke Mimi Rasinah, ini harus dipindahalihkan ke saya. Karena kalau kita mempertahankan seperti ini terus, bahaya nih, tidak ada yang mau belajar tari topeng,’’ tutur Aerli.

Aerli, yang memang telah menguasai ilmu tari topeng dari neneknya, kemudian mengemas tari topeng menjadi lebih sederhana, dengan tetap mempertahankan pakem yang ada.

Tari topeng yang aslinya berdurasi berjam-jam, bisa dikemas menjadi 25-30 menit. Bahkan, Aerli membuat gebrakan Tari Topeng Klana Lima Menit, yang durasinya hanya 3 menit 40 detik.

‘’Awalnya Mimi Rasinah marah. Saya bilang kita coba dulu. Dan Alhamdulillah, berkembang sampai sekarang,’’ ujar Aerli.

Dalam Tari Topeng Klana Lima Menit, Aerli memadatkan dan merangkum gerakan tari topeng. Hal itu membuat tari topeng menjadi lebih mudah dipelajari dan diterima oleh masyarakat.

‘’Jadi misalkan ada sepuluh kalimat yang sama, kita buang, cukup satu kalimat saja. Orang jadi bilang, ah gampang nih. Setelah bisa, nanti kita tambah menitnya, terus sampai akhirnya 30 menit per tarian,’’ tutur Aerli.

Selain mengemas tarian, Aerli juga menerapkan penggunaan teknologi audio dalam pementasan tari topengnya. Dia pun memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan tari topeng agar dikenal masyarakat.

‘’Dulu kita pernah dikatain topeng monyet, karena orang tidak tahu tari topeng kayak gimana. Kita ngamen (tari topeng), sampai diusir oleh Satpol PP,’’ kenang  Aerli.

Aerli juga mendapat banyak penolakan saat masuk ke sekolah-sekolah untuk mengenalkan tari topeng. Meski demikian, dia terus berusaha mempromosikan tari topeng.

Perjuangan Aerli tak berhenti meski Mimi Rasinah wafat pada 2010 silam. Hasilnya, jumlah murid yang belajar di Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah pun terus bertambah.

Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah yang dikelola Aerli semakin melesat saat menjadi mitra binaan Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field pada 2015 silam. Melalui program pelestarian kebudayaan dengan tajuk “Pendidikan Karakter dan Pelestarian Budaya Tari Topeng melalui Kearifan Lokal”, dilaksanakan tiga kegiatan utama.

Adapun tiga kegiatan utama itu adalah pelatihan tari topeng bagi siswa di sekolah-sekolah di wilayah Kabupaten Indramayu, pelatihan gamelan untuk anak usia dini dan pembinaan kelompok perajin topeng dan usaha kreatif lainnya.

‘’Ya Alhamdulillah, kita yang awalnya masuk ke sekolah-sekolah (untuk mengajar tari topeng) susah banget, sekarang malah sekolah yang nyari kita,’’ ujar Aerli.

Dalam program pelatihan tari topeng ke sekolah-sekolah, Pertamina memfasilitasi sepuluh anak per sekolah untuk dibimbing oleh Aerli. Ada sepuluh sekolah per tahunnya yang menerima program tersebut.

Itu berarti, selama lima tahun pelaksanaan program itu, sedikitnya ada 500 murid yang sudah diajari tari topeng.

‘’Itu tersebar di berbagai desa di Kabupaten Indramayu. Bahkan sering pihak sekolah meminta jangan hanya sepuluh muridnya saja yang diajari, tapi lebih, jadi ya bisa sampai 20-30 orang. Termasuk gurunya juga ikut belajar tari topeng,’’ kata Aerli.

Sejumlah sekolah, bahkan kini memasukkan tari topeng sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler untuk murid-murid mereka.

Tak hanya murid binaan di sekolah-sekolah, jumlah anak yang belajar di Sanggar Tari Mimi Rasinah juga meningkat pesat. Saat ini, jumlahnya mencapai sekitar 100 anak. Mereka belajar dua kali dalam sepekan, setiap Jumat dan Ahad.

Pertamina juga membantu renovasi Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah. Sanggar berukuran 400 meter persegi yang sebelumnya beralas semen, kini sudah berlantai keramik. Adapula pembangunan dinding dan penambahan ruangan, sehingga sanggar yang awalnya terasa panas, menjadi lebih adem.

Ke halaman selanjutnya....

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement