Kamis 08 Aug 2024 14:59 WIB

Implementasi Visi Pembangunan IndonesiaSentris di Kepulauan Bangka Belitung

Pemerataan pembangunan yang dilakukan Indonesia Sentris berdampak di Babel.

 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dikenal sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang terdiri dari banyak pulau besar dan kecil. Pemerataan pembangunan yang dilakukan Indonesia Sentris juga berdampak pada salah satu pulaunya yaitu Kepulauan Pongok di ujung selatan Pulau Bangka.
Foto:

Kian Cerdas dengan Babel Semakin Cakap Digital

Indonesia Sentris, arahan pemerintah pusat, harus dilaksanakan oleh seluruh instansi baik pusat maupun daerah sesuai bidang keahliannya, begitu pula dengan Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Diskominfo Babel). Sesuai tugas pokok dan fungsinya, Diskominfo Babel meluncurkan kampanye #BabelSemakinCakapDigital untuk mendukung pencapaian Indonesia Sentris dan memberikan informasi kepada masyarakat.

Tujuan kampanye ini adalah untuk meningkatkan literasi digital, memfasilitasi akses informasi dan mendorong masyarakat untuk menggunakan teknologi digital dengan lebih baik. Kampanye #BabelSemakinCakapDigital berfokus tidak hanya di ibu kota tetapi juga di pulau-pulau di provinsi Kepulauan Bangka Belitung, termasuk Kecamatan Kepulauan Pongok di wilayah Bangka Selatan. Dalam kampanye #BabelSemakinCakapDigital di Kepulauan Pongok, Diskominfo Babel berfokus pada siswa sekolah dasar sebagai kelompok sasarannya.

"Kami mengimplementasikan strategi mikrotargeting, khususnya untuk anak-anak di pulau-pulau tersebut, dengan fokus pada siswa SD. Mengapa siswa SD? Karena literasi digital adalah kunci untuk bersaing di berbagai bidang saat ini, dan di masa depan. Dengan meningkatkan keterampilan digital sejak dini, kami berharap anak-anak bisa melihat peluang global dan berani bermimpi besar," jelas Plt Kepala Bidang IKP Diskominfo Babel, Leo Randika.

Diskominfo Babel memastikan semua anak memiliki akses yang sama terhadap pengetahuan dan keterampilan digital untuk mencapai impian besar mereka dengan kunjungan langsung ke pulau tersebut sebagai bagian dari kampanye #BabelSemakinCakapDigital.

Oase Hijau di Tengah Pulau

Di tengah-tengah statusnya sebagai daerah kepulauan, Kecamatan Kepulauan Pongok menyadari arti pentingnya ketahanan pangan dengan memaksimalkan lahan menjadi potensi pertanian. Petani yang berjumlah tak lebih dari 1 persen penduduk menunjang program jangka menengah (RPJMN 2020-2024), dengan berhasil mengolah bentangan lahan seluas 25 hektare menjadi sawah.

Hasilnya, mereka mampu secara mandiri memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari setidaknya setengah dari total penduduk Desa Pongok, meski para nelayan menghadapi musim buruk dan faktor cuaca yang dapat menghambat pengiriman produk ke luar pulau. Kecamatan Kepulauan Pongok, menjadi salah satu kecamatan di Indonesia dengan lanskap biru-hijau. Terletak di tengah-tengah 'kepungan' birunya lautan, daerah ini memiliki sumber daya yang meliputi ruang lingkup kehidupan laut hayati (flora dan fauna), maupun non hayati. Tak heran, dengan latar belakang tersebut mayoritas penduduknya (95 persen) memilih nelayan sebagai profesi, dan sebagian besar roda perekonomian akan dimulai dari sektor ini.

Namun, daratan kecamatan yang seluas 89,67 kilometer persegi, menyisakan potensi lain. Kecil memang, tak lebih dari 1 persennya saja, atau 25 hektare daratannya menganga sebuah penghijauan di pinggiran wilayah. Lahan yang bersumber dari bantuan optimasi lahan (oplah) itu dikelola menjadi sebuah bentangan sawah, berhias pematang sebagai penanda kepemilikan antarpetani yang tergabung dalam dua kelompok tani, dan hanya berjumlah 30-an orang saja.

Namun, dari tangan-tangan mereka, dari sebuah keyakinan, serta kerja keras, sawah ini berimbas pada kecukupan, dan kesejahteraan warga. Mereka berani keluar pakem, keluar dari zona laut yang sudah menjadi sumber ekonomi. Kelompok ini berpikir untuk memenuhi kebutuhan kehidupan bermasyarakat di sana. “Sebagai petani, kami sangat bersemangat karena mengingat kami adalah sebuah pulau. Pulau kami jauh dari (pusat) Bangka Selatan dan berada di zona 6. Kalau tidak ada sawah, apa jadinya? Kami jauh dari Pulau Bangka, jauh dari Pulau Belitung, karena kami berada di tengah-tengah. Kalau angin kencang, perahu tidak bisa masuk, berarti kami tidak makan. Jadi sawah yang ada dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini,” kata Zumri, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kepulauan Pongok.

Keseriusan dan keberlanjutan petani Kepulauan Pongok merupakan bagian dari amanat RPJMN 2020- 2024 yang menjadikan ketahanan pangan sebagai program prioritas nasional. Sejak tahun 2006, persoalan pangan ini dilakukan oleh para petani, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan penduduk di kecamatan tersebut dan mencegah terjadinya krisis pangan sebagai tujuan utama lahirnya rencana pembangunan nasional.

“Pada tahun 2017 sudah ada sawah yang baru ditanami, namun belum terlaksana dan digarap oleh masyarakat. Sejauh ini dengan hasil panen 1,5 ton sekali panen bisa memenuhi separuh kebutuhan pangan Desa Pongok. Kalau lahan yang digunakan 137 hektar, itu bisa cukup untuk seluruh kecamatan,” kata Zumri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement