Selasa 11 Jun 2024 10:25 WIB

Polwan Bakar Suami Akibat Judi Online, Pakar Dorong Polri Perkuat Pembinaan Mental

Karena bergaya hidup hedonisme yang membuat pendapatan polisi selalu kurang.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Briptu Rian Dwi Wicaksono (RDW) saat dirawat di RSUD Wahidin Sudiro Husodo, Kota Mojokerto, Ahad (9/6/2024) meninggal.
Foto: Republika.co.id
Briptu Rian Dwi Wicaksono (RDW) saat dirawat di RSUD Wahidin Sudiro Husodo, Kota Mojokerto, Ahad (9/6/2024) meninggal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto mengatakan, Polri harus memperkuat pembinaan mental bagi anggotanya untuk mencegah pelanggaran hukum dan kasus kematian sia-sia. Hal itu merespons polwan membakar suaminya yang seorang polisi akibat judi online.

Bambang menilai, sejumlah kasus menonjol anggota Polri, seperti bunuh diri dan main judi online, hingga polwan membakar suami yang juga anggota Polri, menjadi contoh terkait lemahnya pembinaan mental anggota Polri. "Secara kelembagaan memang nyaris tidak ada lembaga pengaduan yang independen terkait problematika anggota," katanya di Jakarta, Selasa (11/6/2024).

Baca Juga

Menurut Bambang, kasus polwan bakar suami di Mojokerto menjadi catatan kritis duntuk mendorong institusi Polri mengambil langkah pencegahan. Tujuannya agar kejadian serupa tidak terulang lagi ke depannya.

Terlebih motif polwan bakar suaminya karena terjebak judi daring. Indikasi itu bukan pertama kalinya, beberapa kasus kematian sia-sia anggota Polri juga karena terjebak judi daring. Kemudian, polisi itu terjerat pinjaman daring. "Kasus-kasus bunuh diri yang terjadi indikasinya juga terkait itu," kata Bambang.

 

Menurut dia, dari segi kesejahteraan personel Polri sudah memadai. Lantas mengapa kejadian tersebut bisa terjadi? Salah satunya karena bergaya hidup hedon yang membuat pendapatan polisi selalu kurang. Akibat bergaya hidup hedon, kata Bambang, ada anggota yang mencari uang dari sumber yang tidak jelas.

Di sisi lain, sambung dia, manajemen sumber daya manusia yang tidak efisien mengakibatkan pembagian tugas antarpersonel tidak merata. "Ada yang sibuk, ada yang kurang kerjaan. Faktor lainnya, secara kelembagaan karena kontrol dan pengawasan yang lemah," ucap Bambang.

Berdasarkan catatan Bambang, ada beberapa faktor penyebab personel Polri terjebak judi online, yakni personel tidak disiplin dan lemah mental, serta organisasi yang tidak mampu memastikan etik dan disiplin anggotanya karena pengawasannya tidak efektif. Terkait pemberantasan judi, kata Bambang, tidak bergerak dari kasus receh dan malah memakan korban dari personel kepolisian sendiri.

Padahal kemampuan dan prasarana kepolisian dalam memberantas kejahatan siber sudah mumpuni. Selain kendala regulasi terkait dengan pola kejahatan siber yang stateless, kata Bambang, kemampuan dan integritas personel yang menjadi hambatan.

"ermasuk tidak adanya sistem kontrol dan pengawasan yang tidak bisa memastikan pelaksanaan penegakan aturan itu berjalan dengan benar," kata Bambang. Oleh karena itu, Bambang mengingatkan agar institusi Polri meningkatkan pembinaan mental anggota.

Pimpinan kepolisian hendaknya fokus memikirkan kesejahteraan dan kesehatan mental anggota. "Alih-alih memikirkan kesejahteraan dan kesehatan mental anggota ataupun membangun organisasi Polri yang profesional, elit kepolisian malah sibuk mencari jabatan di kementerian/lembaga lain," ujar Bambang.

Baca: Lima Kolonel TNI AL akan Lemhannas di Luar Negeri

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement