Senin 13 May 2024 07:05 WIB

Mengapa Anies dan Ahok Diyakini tak Mungkin Bisa Berpasangan di Pilgub Jakarta?

Berdasarkan penjelasan KPU ada aturan yang mengganjal wacana pasangan Anies-Ahok.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok (kedua kanan) dan calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok (kedua kanan) dan calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Adji P, Antara

Belakangan muncul wacana yang terbilang ekstrem terkait Pilgub Jakarta 2024. Wacana itu adalah memasangkan dua mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi cagub dan cawagub.

Baca Juga

Namun, bagi sebagian pengamat atau pakar politik, wacana menyandingkan Anies dan Ahok akan sulit terealisasi. PDI Perjuangan (PDIP) sebagai tempat Ahok bernaung pun meyakini wacana itu tak realistis.

"Ada yang mengatakan ingin menyandingkan Anies dengan Ahok. Ini agak sulit dan berat karena seperti minyak dan air kan," kata pengamat politik Ujang Komarudin saat dihubungi Republika, Selasa (7/5/2024) pekan lalu.

Ujang menuturkan, keduanya akan sulit disandingkan sekalipun misal ada partai-partai yang bersedia mengusung mereka. Sebab, keduanya sama-sama pernah menjadi DKI 1 dan mustahil ada yang turun jadi wakil gubernur. Ahok diketahui merupakan Gubernur DKI Jakarta periode 2014-2017, lalu Anies adalah Gubernur DKI Jakarta 2017-2022.  

"Ahok pernah jadi gubernur, Anies pernah jadi gubernur, masak nanti satunya derajatnya turun jadi wakil gubernur, kan susah juga, enggak mungkin juga. Bisa menolak juga basis massa di bawah," ujar Ujang. 

Dia melanjutkan, mengenai sosok Ahok yang memiliki track record yang tidak baik karena pernah menjadi tersangka kasus penistaan agama pada akhir 2016 lalu dan sudah dipenjara. Hal itu dianggap tidak tepat kembali menjadi pemimpin. 

"Itu juga menjadi sesuatu yangg negatif di masyarakat Jakarta jadi banyak faktor ya soal sulit untuk bisa dipasangkan Anies-Ahok," kata dia.

 

Rektor Universitas Paramadina, Didik J. Rachbini mengemukakan bahwa gagasan politik menyatukan Anies dan Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2024 merupakan eksperimen yang baik dan berani. Wacana itu menurutnya, memiliki tujuan untuk membersihkan pencitraan politik menuju polarisasi radikal agama atau radikal sekuler.

"Radikal sekuler di sini mirip-mirip radikal kiri yang anti-agama," kata Didik, Sabtu (11/5/2024). Didik berpendapat, bahwa politik dan demokrasi yang terbuka seperti sekarang ini adalah pertanda baik, paling tidak dilihat dari sisi persepsi citra seperti ini.

Namun, berbeda dengan Ujang, Didik menilai, penyatuan keduanya sangat mungkin, karena beberapa faktor. Yakni pertama, Anies sejatinya seorang yang religius, tetapi tidak radikal seperti yang dipersepsikan ketika Pilgub DKI Jakarta 2017.

Kedua, lanjut Didik, Ahok memang temperamental, yang kadang-kadang tabu di dalam politik. Namun, sesungguhnya Ahok adalah seorang yang nasionalis dilihat dari sejarah garis politiknya.

Ketiga, kata dia, tidak ada lagi faktor pendorong keduanya ke arah radikal karena Anies sudah bisa tampil pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 dengan citra nasionalis religius biasa. Keempat, Ahok juga akan bisa diterima publik.

"Anies dan Ahok pasti berpikir positif jika paham gagasan seperti ini dari berbagai pihak yang hendak menjadikannya simbol kesatuan dari keduanya," kata Didik.

Mengenai peluang Anies memenangi Pilkada DKI Jakarta 2024, dia memperkirakan peluang menang sangat besar, bahkan hampir 100 persen. Hal ini mengingat Anies punya prestasi di Jakarta meskipun banyak kritik juga.

"Jakarta indah dan banyak hal diselesaikan, juga bagian dari prestasinya. Di sisi lain, Anies makin populer ketika menjadi capres," ujarnya.

Jika Anies tidak masuk politik dalam dalam lima tahun ke depan, menurut dia, namanya hilang dari peredaran. Pasalnya, Anies bukan pemimpin partai politik seperti Prabowo Subianto atau Jusuf Kalla pada masanya.

"Oleh karena itu, masuk ke dalam politik di Jakarta adalah peluang yang baik, tidak hanya bagi karier dirinya, tetapi juga untuk bangsa dan Pilpres 2029," kata Didik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement