REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN yang kini digadang menjadi calon wakil presiden Erick Thohir memang bukan dari partai politik. Tapi uniknya, dalam posisi demikian, dia disukai banyak orang karena inovasi dan prestasi yang dilakukannya membangun negeri ini. Hal itu mengakibatkan banyak kalangan muda menyukai figur ketua umum PSSI tersebut.
Hal ini terungkap dari hasil survei terbaru dari Lembaga Riset Internasional Ipsos yang menyatakan Ketum PSSI tersebut memiliki penerimaan tinggi di tengah generasi muda untuk posisi cawapres di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
“Ketokohan Erick Thohir beda dengan tokoh potensial yang masuk bursa bakal cawapres lainnya yang rata-rata berasal dari parpol, sementara Erick Thohir bukan dari parpol,” tutur Managing Direktur Ipsos Indonesia, Soeprapto Tan di Jakarta pada Ahad (9/7/2023).
Seperti diketahui, Ipsos Indonesia baru saja merilis hasil riset terbaru terkait sentimen positif media sosial para tokoh yang masuk dalam bursa Pilpres 2024 mendatang. Di mana media sosial sangat digandrungi oleh Generasi Z dan milenial di Indonesia.
Ipsos menggunakan mesin analitik media sosial Ipsos Synthesio di berbagai platform media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, dan Tiktok untuk mengukur sentimen positif atau akseptabilitas dari para tokoh. Dalam kategori cawapres, Erick Thohir menjadi tokoh yang paling tinggi angka aksepatbilitasnya dibandingkan dengan tokoh lain.
Tokoh lain yang terekam dalam riset Ipsos adalah Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil dan Menparekraf Sandiaga Uno. Di mana Erick Thohir menerima angka akseptabilitas sebesar 47,0 persen, kemudian di belakanganya terdapat Ridwan Kamil dengan angka 17 persen.
Sedangkan Sandiaga Uno berada di urutan terakhir dengan akespatibilitas sebagai cawapres pada generasi muda hanya di angka 6,3 persen. Dengan ini, Erick Thohir unggul jauh dari para pesaingnya tersebut di bursa cawapres generasi muda.
Sementara itu, Peneliti Senior Ipsos Indonesia, Arif Nurul Imam menyatakan menghadapi Pilpres 2024 mendatang masyarakat, khususnya generasi muda, perlu mengetahui hasil riset termutakhir penerimaan para tokoh yang diperkirakan akan berlaga. Mengingat jumlah generasi muda di kontestasi demokrasi mendatang berjumlah lebih dari 50 persen jumlah DPT dari KPU.
“Di tengah masifnya kemajuan teknologi, percakapan di sosial media tentu dapat menjadi gambaran untuk mengukur akseptabilitas sosok atau tokoh, apalagi kita tahu Pemilu kedepan sebesar 52 persen merupakan pemilih yang berasal dari generasi Z dan milenial yang sangat lekat dengan media sosial yang akan jadi bandul politik dalam Pemilu 2024,” terang Arif.