Sabtu 17 Jun 2023 16:41 WIB

Kepala BNN Sebut Narkoba Jenis Baru, Flakka Belum Terdektesi Beredar di Indonesia

Flakka membuat banyak pemakainya seperti zombie berjalan tanpa arah.

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Polisi Petrus Reinhard Golose memberikan sambutan saat menghadiri pencanangan Desa Tangguh Bersih Narkoba di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (31/8/2022). Pencanangan Desa Tangguh Bersih Narkoba tersebut bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat pedesaan akan bahaya narkoba, melakukan pencegahan serta pemberantasan narkoba.
Foto: ANTARA/Abriawan Abhe
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Polisi Petrus Reinhard Golose memberikan sambutan saat menghadiri pencanangan Desa Tangguh Bersih Narkoba di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (31/8/2022). Pencanangan Desa Tangguh Bersih Narkoba tersebut bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat pedesaan akan bahaya narkoba, melakukan pencegahan serta pemberantasan narkoba.

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) Komjen Pol. Petrus Reinhard Golose menyatakan narkotika jenis baru flakka belum terdeteksi masuk dan beredar di Indonesia. Flakka adalah obat psikoaktif sintensis pada umumnya mengandung sediaan senyawa katinona yang berasal dari 'obat tranq' atau dikenal dengan zylazine (obat penenang hewan).

"Secara umum belum ada di kita. Tetapi mungkin ada para pelaku kita yang menggunakan tetapi seperti di itu (Philadelphia) karena mereka mencari yang disebut dengan NPS (new psychoactive substances)," kata Golose di Badung, Bali, Sabtu (17/6/2023).

Baca Juga

Golose mengatakan narkotika jenis flakka merupakan salah satu dari varian narkotika jenis baru atau new psychoactive substances yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Yang paling nyata dari efek narkotika flakka tersebut terjadi di Philadelphia, dimana pemakaian narkotika flakka membuat banyak pemakainya seperti zombie berjalan tanpa arah, melamun bahkan banyak yang pingsan.

Meskipun belum terdeteksi di Indonesia namun, Golose tetap mewaspadai semua pihak akan adanya potensi peredaran narkotika tersebut.Golose menyatakan narkotika jenis baru yang paling banyak beredar di Indonesia dan menyasar kelas bawah adalah tembakau sintesis atau lebih dikenal tembakau gorila.

"Kami pantau yang banyak beredar sekarang yang masuk ke kalangan bawah adalah sintetik kanabis. Dicampur-campur segala macam itu yang disebut tembakau gorila," kata mantan Kapolda Bali tersebut.

Tembakau gorila menurut United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), lembaga PBB yang khusus menangani kejahatan narkoba, synthetic cannabinoid (ganja sintetis) berbentuk seperti serbuk kristalin yang berwarna putih, abu-abu bahkan coklat kekuningan. Pada umumnya senyawa ganja sintesis tersebut larut dalam pelarut organik seperti metanol, etanol, acetonitril, etil asetat dan aseton sehingga setelah larut akan dengan mudah disemprotkan ke dalam bahan lain, seperti daun-daunan herbal termasuk tembakau.

Menurut keterangan Golose, BNN sendiri mendata bahwa dari 1.150 jenis narkotika yang beredar di dunia, 91 jenisnya telah beredar di Indonesia. Puluhan jenis narkotika tersebut sudah diatur penggunaannya dalam Permenkes Nomor 5 Tahun 2020, namun yang lainnya belum diatur secara resmi oleh pemerintah. Dia pun meminta masyarakat untuk tidak mencoba menggunakan narkotika jenis apapun agar tidak terjebak dalam penggunaan narkotika yang membahayakan kesehatan tubuh.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement